PEKALONGAN, Beritajateng.id – Lebih dari seminggu pasca banjir bandang yang melanda Kabupaten Pekalongan sejak 20 Januari 2025, wilayah terdampak bencana hingga kini belum pulih. Akibat bencana ini, ribuan jiwa terdampak, sementara sejumlah infrastruktur vital seperti jembatan penghubung antar wilayah, mengalami kerusakan parah.
Ketua Umum Laskar Dewa Ruchi, Handono Warih, mengungkap bahwa beberapa daerah terdampak serius diantaranya Desa Kedungpatangewu, Desa Keranji, dan Desa Galangpengampon.
Ia menyoroti putusnya jembatan alternatif yang menghubungkan Kecamatan Kedungwuni dan Desa Kedungpatangewu, serta jembatan penghubung antara Dukuh Sebetok dan Dukuh Galangwolu di Desa Galangpengampon. Kondisi ini membuat akses warga semakin sulit dan memaksa mereka membangun posko darurat secara mandiri.
“Sejak hari pertama hingga sekarang, kami memantau bahwa penanganan masih berlangsung, meskipun ada keterlambatan di beberapa titik. Hal ini disebabkan oleh banyaknya tenaga relawan yang terfokus di Kecamatan Petungkriyono untuk proses evakuasi dan pencarian korban,” ujar Handono di Posko Desa Galangpengampon, Rabu, 29 Januari 2025.
Handono menyebut, sejumlah relawan gabungan mulai turun membersihkan fasilitas umum di desa tersebut kemarin pada Selasa, 28 Januari 2025. Ia mengungkap, di Desa Kedungpatangewu, sekitar 21 hektar lahan terdampak dan 1.800 jiwa kehilangan banyak perlengkapan rumah tangga akibat banjir.
Selain kerugian pribadi, sektor ekonomi juga terpukul. Handono mengungkap enam produsen tahu dilaporkan mengalami kerugian besar karena bahan baku hanyut terbawa banjir. Industri konveksi juga terdampak, dengan banyak produk yang rusak dan tidak dapat diselamatkan.
Sementara di Desa Galangpengampon, Handono mengungkap sekitar 1.200 warga terdampak, termasuk 137 balita. Ia menuturkan, bantuan mulai berdatangan tetapi terdapat kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti perlengkapan bayi dan keperluan pendidikan.
“Sekitar 10.000 jiwa terdampak banjir ini. Lumpur yang terbawa arus mengganggu fasilitas umum. Kami sangat berharap ada lebih banyak bantuan dari para donatur, terutama untuk pemulihan sektor pendidikan dan ekonomi warga. Dan hingga hari asesmen dampak bencana belum dilakukan sebagaimana mestinya. Masih banyak yang belum tercatat dan diketahui” tambahnya.
Selain itu, Handono menyoroti keterbatasan bantuan dari instansi terkait seperti BPBD dan Tagana yang fokus menangani kondisi di Kecamatan Petungkriyono. Oleh karena itu, ia mengajak komunitas, ormas, dan relawan swadaya untuk terus berkontribusi dalam upaya pemulihan.
“Saat ini, pemulihan wilayah masih di bawah 50 persen. Banyak rumah warga masih terendam lumpur, sementara beberapa lainnya ditinggalkan karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk ditempati. Upaya pembersihan dan distribusi bantuan pun terus dilakukan agar masyarakat dapat kembali bangkit dari bencana ini.” pungkas Handono. (Lingkar Network | Fahri Akbar – Beritajateng.id)