PATI, Beritajateng.id – Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian dan Operasional, Dinas Perhubungan (Dishub) Kabupaten Pati, Nita Agustiningtyas mengungkapkan, pihaknya selalu melakukan monitoring guna mencegah kemacetan yang kerap kali terjadi di Jalur Pantura Juwana-Batangan, Kabupaten Pati.
Hal tersebut dilakukan mengingat banyaknya keluhan dari masyarakat Kabupaten Pati lantaran kemacetan mengular dari Kabupaten Rembang di sisi timur hingga ke Jalan Lingkar Selatan di sisi barat.
Nita menuturkan, pihaknya selalu melakukan monitoring area perbaikan Jalan Juwana-Batangan, persimpangan Sampang, Perempatan Sleko Jakenan dan persimpangan Batursari, Kecamatan Batangan.
“Tetap kita monitoring setiap hari, di jalur alternatif dan di jalur pantura terutama kalau saat hujan. Setiap sore hari di Sampang, Batursari dan Jakenan,” terangnya.
Baca Juga
Pasar Hewan Pamotan Sering Akibatkan Kemacetan, Bupati Rembang Rencanakan Pemindahan pada 2023
Sebanyak 5 petugas Dishub dikerahkan setiap hari pada sore hingga malam. Terlebih, ketika turun hujan yang berpotensi menimbulkan kemacetan.
Meski terkendala anggaran dana operasional, lanjut Nita, pihak Dishub sebisa mungkin tetap melaksanakan monitoring guna memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan.
“Biasanya sampai jam 10.00 sampai 11.00 tergantung situasi, jika lancar ya sampai jam 09.00. Jam 16.00 kita sudah berputar menugaskan lima personel. Karena kemarin sempat kita berhentikan ‘kan membutuhkan dana operasional ya,” imbuhnya.
Selain itu, Nita juga menyayangkan beberapa sopir bus yang nekat melawan arus yang pada akhirnya menjadi biang keladi kemacetan panjang beberapa waktu lalu.
Baca Juga
Sebabkan Macet Parah, DPRD Pati Kritik Perbaikan Jalan Juwana-Batangan
Ditambah, pemberlakukan buka tutup jalan karena separuh body jalan yang diperbaiki, sehingga kendaraan harus memperlambat kecepatannya.
“Ada yang ngeblong jadi menimbulkan kemacetan, sebisa mungkin kita urai. Kalau hanya melambat kita sulit mengurai. Kasusnya seringkali kalau hari kerja, banyak kendaraan besar melintas, lalu lintas padat,” terangnya.
Selain mengurai kemacetan, monitoring Dishub di jalur alternatif juga mencegah adanya kendaraan besar yang melewati jalan desa untuk menghindari kemacetan, seperti di jalan Jakenan-Jaken dan Kuniran-Ketip. Lanjut Nita, pihaknya khawatir jika hal tersebut dibiarkan dapat merusak infrastruktur jalan.
“Kalau tidak sabar seperti bus yang ngeblong atau cari jalur alternatif. Kita berusaha untuk menghalau bis atau kendaraan berat melewati jalur alternatif karena melebihi kapastitas dan dapat merusak jalan. Yang kita laksanakan seperti itu,” pungkasnya. (Lingkar Media Network | Beritajateng.id)