JEPARA, Beritajateng.id – Angka stunting di Kabupaten Jepara turun 6,8 persen. Masih kurang 4,2 persen lagi untuk mencapai target minimal pada 2024 mendatang. Pada 2021 lalu, sebesar 25 persen, pada 2022 menjadi 18,2 persen.
“Saya berharap sinergi dan kolaborasi Penta-Helix (Academic, Business, Community, Government, dan Media) antar sektor, baik sektor kesehatan maupun non kesehatan, makin kuat,” terang Wakil Ketua DPRD Kabupaten Jepara, Pratikno.
Pratikno menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah Lima tahun karena kekurangan gizi. Untuk menurunkan angka stunting perlu memantau gizi dan kesehatan balita pada masa-masa kritis. Seperti waktu dalam kandungan atau 9 bulan.
“Perhatian orang tua harus benar-benar ekstra dari asupan makanan, susu dan gizi agar nantinya anak terhindar dari stunting,” kata Pratikno.
Sosialisasi juga dirasa perlu untuk memberi pengetahuan terhadap orang tua agar nantinya orang tua mengetahui asupan nutrisi dan gizi terhadap anak.
Mengenai Anak Tidak Sekolah (ATS), Pratikno menambahkan, banyak faktor yang menyebabkan anak putus sekolah. Mulai dari masalah ekonomi dan faktor keluarga tidak harmonis. Ada pula faktor sosial dan kesehatan.
“Bisa jadi faktor pemicu ATS adalah faktor ekonomi keluarga,” tambahnya.
Untuk itu, pihaknya memberikan beberapa solusi kepada Pemerintah Daerah. Seperti mengupayakan biaya pendidikan murah, sehingga semua golongan mampu menikmati sekolah.
Angka kemiskinan di Indonesia pada data Kemenkeu 2022 tercatat mencapai 9,57 persen atau sekitar 26,36 juta orang sudah berada di bawah garis kemiskinan, Angka ini terbilang cukup besar untuk kemiskinan ekstrem. Hal ini banyak terjadi di masyarakat, sehingga menjadikan taraf hidup yang buruk.
“Sinergitas progam lintas sektoral harus dijalankan, untuk menekan angka kemiskinan ekstrem yang ada,” tegas nya. (Lingkar Network | Tomi Budianto – Beritajateng.id)