PATI, Beritajateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati mencatat kerugian yang disebabkan banjir yang menerjang di Kabupaten Pati pada Kamis, 14 Juli 2022 mencapai Rp 38 miliar.
Ketua Pelaksana Harian (Plh) BPBD Pati, Martinus Budi Prasetya mengatakan, besaran kerugian tersebut diperoleh dari keseluruhan di Pati baik dari kerugian akibat kerusakan rumah, lahan pertanian yang rusak maupun tanggul yang jebol.
“Seluruhnya, tidak hanya di Tunjungrejo dan Bulumanis Kidul. Jadi, ini kerugian di seluruh area yang terdampak banjir. Baik itu rusaknya tanggul jebol, lahan pertanian maupun utamanya di rumah,” jelasnya.
Dari catatan Martinus sendiri, sejumlah kerusakan itu menyasar lima kecamatan yang ada di Kabupaten Pati yakni Kecamatan Pati, Margoyoso, Trangkil, Wedarijaksa dan Tayu.
Baca Juga
Akibat Banjir, Petani Tambak Desa Margomulyo Pati Rugi Ratusan Juta
Untuk Kecamatan Margoyoso sendiri, sejumlah desa yang terkena banjir di antaranya Tunjungrejo, Bulumanis Kidul, Sekar Jalak dan Margoyoso. Sedangkan Kecamatan Trangkil, ada Desa Karangwage, Kadilangu, Ketanen, Tlutup dan Kertomulyo.
Di Kecamatan Wedarijaksa sendiri, ada Desa Kepoh, Tawangharjo, Jontro, Ngurenrejo, Bumi Ayu, Sukoharjo, Margorejo, Ngurensiti, Pagerharjo, Panggung Royong dan Wedarijaksa.
Sementara di Kecamatan Pati, ada Desa Sidokerto, Mulyoharjo, Payan, Tambakharjo, Sukoharjo, Pati Wetan, Kalidoro, Prenggan, Sidoarjo, Dengkek, Semampir, Geritan, Sugiharjo, Widorokandang, Purworejo dan Pati Lor. Ditambah Kecamatan Tayu, ada satu desa yakni Desa Margomulyo.
“Jadi luas sekali memang,” imbuhnya.
Baca Juga
Petani Bawang Merah Desa Ngurenrejo Pati Rugi Rp 3 Miliar Akibat Banjir
Untuk penyebab banjir sendiri, Martinus mengatakan bahwa yang terjadi di Desa Bulumanis Margomulyo dan Sekar Jalak berasal dari aliran muria timur, yakni sungai yang berhulu di daerah Gunung Sari, Kecamatan Tlogowungu. Sedangkan banjir yang berdampak pada area Wedarijaksa dan Pati merupakan air yang berhulu di Gembong, yakni air dari Sungai Simo, Sungai Bapoh dan Sungai Gungwedi dari daerah Gembong.
“Bisa jadi rusaknya daerah tangkapan air dan hilangnya tanaman-tanaman keras hutan mulai diganti dengan tanaman-tanaman semusim itu jadi itu salah satu penyebab banjir. Sehingga, mempercepat sedimentasi. Sungai itu lebih dangkal,” ujarnya.
Oleh karena itu, Martinus berharap, masyarakat membantu untuk melakukan penghijauan dengan menanam pohon tegakkan di tanggul maupun di daerah yang gundul. Selain itu, ia berharap masyarakat tidak membuang sampah ke sungai. (Lingkar Media Network | Koran Lingkar)