Perjalanan Cucu Ki Hadjar Dewantara Dirikan Pendidikan Bertaraf Internasional

Cucu Ki Hadjar Dewantara, Antarina F Amir. (HMS/Beritajateng.id)

JAKARTA, Beritajateng.id — Ki Hadjar Dewantara mempelopori pendidikan modern untuk orang Indonesia, saat penjajahan Belanda digolongkan sebagai “pribumi”. Seperti diketahui, golongan pribumi menempati kelas paling bawah di jaman penjajahan Belanda, setelah orang-orang Eropa yang merupakan kelas atas dan orang timur asing sebagai kelas menengah.

Menjawab keresahan karena kaum pribumi tidak dapat mengenyam pendidikan seperti halnya kelas atas, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa di Yogyakarta. Sekolah yang didirikan pada 3 Juli 1922  tersebut menjadi lembaga pendidikan pertama di Indonesia yang memberikan kesempatan bagi pribumi untuk memperoleh pendidikan seperti halnya orang-orang Belanda.

Semangat ini dilanjutkan oleh Antarina F. Amir, sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia, yang merupakan cucu dari Ki Hadjar Dewantoro. Ia bertekad agar anak-anak Indonesia mengenyam pendidikan bertaraf internasional, sehingga mereka memiliki daya saing manakala terjun kedunia kerja maupun masyarakat global.

Sebagai salah seorang cucu Ki Hadjar Dewantara, darah pendidik juga mengalir deras di dirinya. Apabila dulu Ki Hadjar Dewantara ingin agar para pribumi mengenyam pendidikan yang hanya bisa dinikmati orang-orang Belanda, kini Antarina ingin agar anak-anak Indonesia dapat mengenyam pendidikan bertaraf internasional.

Bekerjasama dengan HighScope Educational Research Foundation (HSREF) yang berasal dari Amerika Serikat, Antarina  mendirikan sekolah HighScope di Indonesia, berdasarkan pelatihan yang diberikan kepada guru-guru untuk sekolah pre-school.

Sayangnya HSREF hanya menyelenggarakan pelatihan pendidikan pre-school dan TK, sementara Antarina bertekad memiliki institusi pendidikan bertaraf internasional untuk SD, SMP bahkan SMA. Dengan demikian ia dapat menghantarkan anak didik ke jenjang Pendidikan Tinggi. Untung bagi Antarina, HSREF memperbolehkannya  mengembangkan jaringan sekolah dengan mempergunakan nama HighScope hingga K-12.

Upaya selama puluhan tahun berbuah manis, di mana Antarina berhasil mendesain programnya sendiri bagi sekolah yang dikelolanya berdasarkan lisensi merek HighScope, dari TK hingga K-12.

Kerja kerasnya mengundang pujian dari pihak Amerika hingga ia diberi penghargaan David Weikart Award pada tahun 2017. Hingga kini, sekolah HighScope berkembang menjadi 15 cabang, baik yang ia kelola sendiri maupun bekerjasama dengan pihak ketiga.

Dalam keterangan yang diterima redaksi disebutkan, setelah bekerjasama dengan pihak Amerika tidak kurang dari 30 tahun lamanya, kini Antarina percaya diri untuk  melanjutkan institusi pengajaran dengan menggunakan namanya sendiri, yaitu ReDea, kepanjangan dari Research and Development for Advancement.

Hal ini karena di Amerika HighScope hanya untuk program pengajaran pre school dan TK sedangkan sistem pengajaran hingga K-12 walaupun berdasarkan  lisensi merek HighScope, tapi keseluruhan sistem pengajaran dikembangkan oleh Antarina sendiri.

Menyambut ulang tahun Sekolah Taman Siswa 3 Juli mendatang, Antarina mengharapkan semangat untuk memajukan anak-anak Indonesia melalui pengenalan sistem pengajaran yang berstandar internasional terus dipupuk.

Menutup wawancara, Antarina berharap lebih banyak lagi anak-anak Indonesia terutama di pelosok-pelosok negeri yang dapat mengenyam pendidikan bertaraf internasional.

Editor: Utia Lil

Exit mobile version