Jual Jamu Tradisional, Lansia di Blora Harap Perhatian Pemerintah

Mbah Min, penjual jamu tradisional di Blora. (Eko Wicaksono/Beritajateng.id)

BLORA, Beritajateng.id – Mbah Min (71), warga Desa Jepon, Kecamatan Jepon, Blora, masih setia melestarikan warisan leluhur berupa jamu tradisional ditengah modernisasi saat ini.

Setiap hari, Mbah Min, menggunakan sepeda motor tua yang ia miliki untuk berjualan jamu tradisional ke desa-desa di sekitar Kecamatan Jepon. Diantaranya Desa Ketringan, Waru, Soko, Begedad, Jatimalang, hingga Kajar.

“Tantangan paling berat ya pas jalanan rusak atau naik turun mas, apalagi kalau habis hujan,” ujar Mbah Min, Rabu, 14 Mei 2025.

“Saya mulai jualan jamu ini hampir 20 tahun lalu, setelah sebelumnya pernah kerja di Solo di pabrik jamu selama lima tahun sejak tahun 1981,” imbuhnya 

Jamu tradisional yang ditawarkan oleh lansia berusia 71 tahun itu terdiri dari berbagai jenis. Diantaranya, kunir asem, temulawak untuk menjaga kesehatan hati, hingga paitan dan jamu wejahan yang berkhasiat untuk berbagai keluhan tubuh.

“Yang botolan itu ada yang 1.600 mililiter, harganya antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Kalau jamu lambung itu lebih mahal, Rp 30 ribu. Kalau yang gelasan cukup Rp 5 ribu,” jelasnya.

Lebih lanjut, modal yang dibawanya setiap kali berjualan yakni sekitar Rp150 ribu. Keuntungan yang diperoleh pun bervariasi tergantung kondisi pasar. 

“Kadang sepi, kadang rame. Kalau sepi bisa dapat Rp 300 ribu, kalau rame ya lebih dari itu,” katanya.

Meski usia tak lagi muda, Mbah Min masih menyimpan harapan dari usahanya itu. Ia berharap usahanya terus berkembang dan membawa kesejahteraan bagi keluarganya.

Di usia senjanya, ia masih memiliki keinginan memperluas pasar, meski terkendala teknologi.

“Saya pengen bisa jualan lebih bagus, pakai kemasan atau online gitu, tapi saya tidak bisa caranya mas. Saya juga nggak pegang HP,” kata Mbah Min.

Dengan semangat yang tak surut dan dedikasi terhadap tradisi, Mbah Min adalah contoh nyata agar warisan budaya bisa bertahan.

Ia berharap, ada perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat agar jamu tradisional tetap lestari dan mampu bersaing di tengah zaman yang terus berubah.

Jurnalis: Eko Wicaksono

Editor: Utia Lil

Exit mobile version