BLORA, Beritajateng.id – Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora, Edi Widayat mengakui bahwa angka stunting di Kabupaten Blora sulit diturunkan. Hal ini lantaran permasalahan stunting sangat kompleks.
Edi mengungkap setiap proses dalam rangka menurunkan stunting harus diawasi dengan baik. Bahkan, pihaknya harus memantau langsung pelaksanaan pemberian makanan tambahan (PMT) pada balita di setiap posyandu di desa.
“PMT itu dari berbagai sumber, baik dari dana pusat (APBN), bantuan provinsi, dana desa hingga APBD Pemkab Blora sendiri,” terang Edi, Jumat, 25 April 2025.
Saat ini, pihaknya hanya menargetkan prevalensi stunting pada 2025 turun sebanyak tiga persen dari prevalensi 2024.
“Kita targetkan tiga persen dari tahun sebelumnya sebesar 21,2 persen menjadi diangka 18 persen,” ujarnya.
Dalam rangka menurunkan angka stunting ini, menurutnya intervensi pencegahan stunting paling penting dimulai sejak usia remaja, khususnya pada remaja putri. Mulai dari usia pernikahan hingga jarak kelahiran anak, kata Edi, semua mempengaruhi kesiapan alat reproduksi.
“Alat reproduksi remaja putri yang belum siap, sangat berpotensi melahirkan bayi stunting. Lalu jarak usia anak juga menjadi faktor penting, dikarenakan perhatian orang tua terhadap gizi anak terpecah,” ujar Edi.
Menurutnya, faktor potensi terjadinya stunting sangat banyak. Selain pemenuhan gizi balita, ada faktor genetik dan pola makan ibu menyusui, kondisi rumah, air hingga lingkungan tumbuh kembang balita.
“Pada ilmu kesehatan, lingkungan menyumbang 80 persen penyumbang adanya penyakit pada manusia,” terangnya.
“Sehingga dari penyakit itu menjadikan faktor genetik dan faktor kesehatan ibu menyusui yang menyebabkan stunting pada balita,” imbuh Edi.
Penurunan stunting di setiap kabupaten, kata Edi, memiliki tahapan yang berbeda dan waktu yang panjang.
“Memang permasalahan utama itu gizi anak. Namun banyak faktor pendukung lainya, seperti pola makan dan asuh anak, hingga faktor lingkungan tumbuh kembang anak,” jelas Edi.
Edi menegaskan pemutusan stunting harus dilakukan pada semua sektor. Namun ada hal penting lainnya yang bisa diantisipasi secara mandiri yakni pemenuhan gizi pada anak dalam proses 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Sejak usia kandungan empat bulan hingga anak berusia tiga tahun adalah proses penting pemenuhan gizi untuk terhindar pada stunting,” pungkasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Beritajateng.id)