SEMARANG, Beritajateng.id – Ratusan anak muda di wilayah Jawa Tengah mendeklarasikan sikap mengenai krisis iklim dan kondisi lingkungan imbas industri dan pembangunan pemerintah dari Gedung Kementerian Pemuda dan Olahraga dilanjutkan di Gedung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta.
Walhi Jawa Tengah Patria Ananda Riski mengatakan, sebanyak 50 anak muda datang ke Jakarta untuk pawai sekaligus mendeklarasikan sikap tentang krisis iklim.
“Lebih dari 300 anak muda dari 6 provinsi di Pulau Jawa mengikuti “Pawai Youth20ccupy” di Jakarta. Melalui pawai kreatif ini, anak-anak muda se-Pulau Jawa menyuarakan kegelisahan mereka terhadap dampak krisis iklim yang makin sering dirasakan,” ungkapnya pada Jumat, 22 Juli 2022.
Berdasarkan laporan IPCC terbaru, saat ini dunia tengah menghadapi konsekuensi nyata dari krisis iklim. Bencana akibat krisis iklim terus terjadi dan mengakibatkan krisis pangan, menghambat pertumbuhan ekonomi, menyebabkan krisis kesehatan, hingga menelan korban jiwa.
Baca Juga
Pasar Rakyat Sido Makmur Blora Masih Belum Beroperasi, Yuk Cari Tahu Jawabannya
Menurutnya, situasi ini tentu semakin mempertajam lapisan ketimpangan yang dihadapi perempuan dan kelompok marjinal lainnya.
“Kondisi ini terjadi akibat eksploitasi alam, hutan, lahan, dan laut yang terjadi secara masif, sistematis, dan terstruktur. Alih-alih memperbaiki situasi dan mencegah terjadinya krisis iklim, Pemerintah Indonesia justru terus mengumbar jargon transisi energi yang faktanya hanyalah sebuah solusi palsu untuk mengatasi krisis iklim,” ungkapnya.
Ia menyebut, generasi yang paling banyak menerima dampak dari pengrusakan lingkungan akibat keserakahan pemerintah dan industri ialah pemuda di masa mendatang. Bahkan, dampak dari krisis iklim akan semakin masif apabila kebijakan yang dihasilkan tidak menunjukkan komitmen dunia untuk aksi global dalam memerangi krisis iklim.
Sementara, salah satu peserta Java Youth Camp dari Tambakrejo Semarang, Dinda Dwi Kusuma Wardhani mengeluhkan dampak plastik yang menumpuk di sungai dan laut Tambak Lorok Tanjung Emas, Semarang.
Imbas dari sampah plastik yang dibuang oleh masyarakat bahkan industri, membuat sampah menumpuk dan terbawa air rob masuk ke perkampungan warga.
“Melalui Java Youth Camp ini saya semakin paham bahwa bencana yang terjadi di wilayah saya itu faktornya tidak hanya dari pesisir, tetapi juga penggundulan hutan dan pembangunan industri di kawasan perbukitan, ini yang menyebabkan adanya longsor,” keluhnya.
Baca Juga
Happy Asmara Bakal Manggung di Pesta Rakyat Muktiharjo Pati, Kapan Itu?
Melalui gelaran deklarasi yang diadakan, ia bersama anak muda di Tambakrejo akan bergerak mengurangi dampak ekologi yang terjadi setiap tahun di kampungnya.
Sementara itu, Walhi Jateng Iqbal Alghofani, menuturkan permasalahan krisis iklim merupakan masalah sistematis. Solusi dari masalah ini dapat dipecahkan dengan pelibatan berbagai pihak, termasuk masyarakat di akar rumput yang hidupnya dikepung oleh keberadaan industri ekstraktif.
Lebih lanjut, deklarasi tersebut berisi tuntutan kepada pemerintah agar menunjukkan komitmen penuh dalam pencegahan krisis iklim, termasuk di antaranya pengambilan kebijakan dengan berasaskan nilai demokrasi dan partisipatif.
“Mewujudkan energi bersih yang berkeadilan dengan mempertahankan kearifan lokal dan berdasarkan kebutuhan masyarakat, serta melakukan transformasi sistem ekonomi menjadi berbasis kedaulatan rakyat,” terangnya. (Lingkar Media Network | Koran Lingkar)