Libatkan Komunitas Berisiko, Kasus Baru HIV di Semarang Menurun

Semarang 13

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Abdul Hakam. (Lingkar Network/Beritajateng.id)

SEMARANG, Beritajateng.id – Kasus HIV di Kota Semarang tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang, hingga minggu ke-40 tahun 2025 atau sekitar pertengahan Oktober, jumlah kasus baru HIV mencapai 380 kasus.

Kepala Dinkes Kota Semarang, Abdul Hakam mengatakan, penurunan ini menjadi indikasi positif atas upaya pencegahan dan penanganan HIV yang terus digencarkan oleh Pemerintah Kota Semarang.

“Kalau dibandingkan tahun sebelumnya, sebetulnya kasus baru kita turun. Tahun 2024 ada sekitar 680-an kasus sampai Desember, sedangkan tahun ini sampai minggu ke-40 baru 380-an kasus,” ujarnya.

Untuk mencegah diskriminasi terhadap pengidap HIV, pihaknya memberikan pelayanan yang ramah dan fleksibel. Salah satunya melalui program LIDYA DIMARI yang memberikan layanan pemeriksaan dan pendampingan di luar jam kerja, seperti sore atau malam hari.

“Supaya mereka tidak terkena stigma, kita berikan layanan di luar jam kerja. Biasanya sore atau malam. Selain itu, kita juga terus menggandeng kelompok-kelompok berisiko untuk melakukan pemeriksaan,” katanya

Ia menjelaskan, upaya penjangkauan dilakukan dengan melibatkan komunitas yang berasal dari kelompok berisiko, bukan petugas umum. Pendekatan ini dinilai lebih efektif karena mereka dapat berkomunikasi secara langsung dan terbuka dengan sesama anggota komunitas.

“Yang bisa menjangkau mereka ya teman-temannya sendiri. Jadi kita gandeng mereka untuk membantu sosialisasi dan pemeriksaan. Kalau hasilnya positif, langsung kita fasilitasi pengobatannya,” tambahnya.

Selain itu, Hakam menyebut bahwa berdasarkan data yang dihimpun kasus baru HIV di Kota Semarang masih didominasi oleh kelompok Lelaki Seks Lelaki (LSL).

Meskipun tidak menyebutkan jumlah pastinya, ia memastikan bahwa kelompok ini menjadi penyumbang terbesar kasus baru di tahun 2025.

“Memang yang paling banyak itu dari kelompok LSL,” katanya singkat.

Hakam juga menyebutkan bahwa sebagian kasus HIV yang tercatat di Kota Semarang bukan berasal dari warga lokal, melainkan dari daerah lain. 

Namun kini, sejumlah daerah telah mulai menangani kasus HIV di wilayahnya masing-masing, sehingga beban penanganan di Kota Semarang berkurang.

“Dulu banyak kasus dari luar kota, tapi sekarang daerah-daerah itu sudah punya fasilitas sendiri. Jadi kasusnya ikut menurun di Semarang,” jelasnya.

Saat ini, berbagai fasilitas kesehatan di Kota Semarang telah mampu memberikan layanan pemeriksaan HIV, baik di puskesmas maupun rumah sakit. 

Pemeriksaan yang mencakup testing, pengecekan jumlah virus, hingga pengobatan dilakukan secara gratis karena seluruh pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah.

“Faskes kita sudah lengkap. Puskesmas dan rumah sakit bisa melakukan pemeriksaan, termasuk tes jumlah virusnya. Semua pembiayaan ditanggung pemerintah,” ujarnya. 

Jurnalis: *Red
Editor: Tia

Exit mobile version