Bupati Kudus Ungkap Bakal Kaji Penyebab SD Kekurangan Murid

Bupati Kudus Sam'ani Intakoris saat mengunjungi SD 1 Adiwarno, Kecamatan Mejobo, Sabtu (20/7). (Lingkar Network/Beritajateng.id)

KUDUS, Beritajateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus akan melakukan kajian terhadap sekolah dasar (SD) yang mengalami kekurangan hingga tidak mendapatkan murid sama sekali pada tahun ajaran 2025/2026. 

Saat mengunjungi SD 1 Adiwarno, Kecamatan Mejobo, pada Sabtu, 19 Juli 2025, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris mengungkap kajian ini dilakukan guna memutuskan kebijakan untuk menangani permasalahan tersebut.

“Nantinya, kami akan melakukan kajian secara komprehensif sebelum memutuskan regrouping atau penggabungan. Apakah tidak mendapatkan murid karena faktor demografis seperti keberhasilan program Keluarga Berencana (KB), serta kebiasaan orang tua yang bekerja di kota dan mengantar-jemput anak ke sekolah,” katanya.

Ia mengungkapkan sudah menginstruksikan Dinas Pendidikan, Kepemudaan, dan Olahraga Kudus untuk melakukan kajian dengan koresponden dari orang tua siswa untuk ditanya melalui simulasi dan disusun dalam bentuk data statistik dan infografis.

Setelah mengetahui datanya, kata dia, baru akan diputuskan kebijakan terbaik.

Mengenai wacana regrouping, Bupati Sam’ani menegaskan hal itu harus dilihat dari sisi kebutuhan. Apabila memungkinkan, sekolah yang jumlah siswanya sedikit dapat digabung dengan sekolah lain agar lebih efektif.

“Kalau memang memungkinkan, regrouping bisa dilakukan. Tidak ada kendala berarti, karena ini sudah pernah dilakukan. Nanti guru-gurunya menyesuaikan,” ujarnya.

Selain efisiensi, penggabungan sekolah juga bisa membuka peluang pengembangan kegiatan lain, seperti pemanfaatan bangunan untuk koperasi sekolah atau program Makan Bergizi Gratis (MBG). Hal ini karena tanah sekolah milik pemerintah desa.

Guru SD 1 Adiwarno Nurul Hikmah mengakui tahun ajaran baru 2025/2026 ini sekolahnya memang tidak mendapatkan murid baru, sehingga kelas 1 tidak ada siswanya.

Sementara total keseluruhan siswa dari kelas II hingga VI, kata dia, sebanyak 23 orang. Rinciannya yakni siswa kelas II ada 9 siswa, kelas III ada 2 siswa, kelas IV berjumlah 8 siswa, kelas 5 sebanyak 3 siswa, dan kelas 6 ada 2 siswa.

Ia mengungkap minimnya siswa di sekolah ini mulai terjadi sejak 2019. Menurutnya kekosongan ini juga imbas dari beredarnya kabar regrouping SD di Kecamatan Mejobo, khususnya di Desa Hadiwarno.

Salah satu sekolah yang sempat diwacanakan untuk digabung, yakni SD 1 Adiwarno bersama SD Tenggeles. Namun, yang terealisasi baru SD Tenggeles, sementara SD 1 Hadiwarno masih bertahan karena tahun sebelumnya berhasil mendapatkan peserta didik baru meski jumlahnya terbatas.

Ia menduga, salah satu faktor penyebabnya karena lokasi SD 1 Hadiwarno yang cukup jauh dari Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Athfal (RA). Selain itu, sebagian masyarakat masih belum mendapatkan informasi yang utuh mengenai keberadaan SD 1 Hadiwarno, karena papan nama sekolah tertutup oleh bangunan kamar kecil.

Akibatnya, ada anggapan bahwa hanya ada satu SD di kompleks tersebut, padahal ada empat SD, yakni SD 1 Adiwarno, SD 2 Adiwarno, SD 1 Kesambi, dan SD 3 Kesambi.

“Masyarakat cenderung memilih menyekolahkan anaknya ke SD yang muridnya banyak. Tapi kami tetap bertahan,” ujarnya.

Saat ini, SD 1 Hadiwarno memiliki delapan guru, yang terdiri dari tiga PNS dan tiga PPPK, serta dua guru wiyata.

Sebelumnya, Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kudus mencatat ada tiga SD yang jumlah siswanya minim karena hanya ada satu murid, sehingga menjadi pertimbangan untuk dilakukan penggabungan.

Ketiga SD tersebut, yakni SD 5 Jurang (Kecamatan Gebog), SD 1 Wates (Kecamatan Undaan) dan SD 2 Gamong (Kecamatan Kaliwungu).

Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil

Exit mobile version