GROBOGAN, Beritajateng.id – Dua atap ruang di SDN 1 Gedangan, Wirosari, Grobogan ambrol akibat lapuk. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden pada Jumat, 19 Juli 2024. Mirisnya peristiwa ini terjadi mendekati kegiatan belajar mengajar (KBM), Senin, 22 Juli 2024.
Kepala Sekolah SDN 1 Gedangan Evie Tri Setyo menjelaskan beberapa saat sebelum kejadian itu para guru masih berada di sekolah membersihkan lingkungan guna menyambut tahun ajaran baru.
Bahkan para guru sempat melakukan rapat di ruang itu (kantor sekolah) untuk memindahkan arsip dan barang berharga milik sekolah ke ruang perpustakaan.
Melihat kondisi atap yang sudah memprihatinkan itu, Evie dan para guru sudah punya firasat buruk akan terjadi sesuatu.
“Ada perasaan tidak nyaman saat membuka pintu ruangan tersebut. Namun rapat tetap kita laksanakan di sana, karena ruangan tersebut merupakan kantor sekolah,” ujarnya.
Benar saja, baru beberapa saat meninggalkan sekolah ia mendapat telepon yang menyebut atap sekolah yang ia pimpin selama satu tahun setengah ambrol.
“Perkiraan saya yang ambrol penutup sekat yang kemarin barusan dipasang, namun saat tiba di lokasi langsung lemas, ternyata dua atap ambrol berserakan,” kata Evie.
Sementara Yanto (40), saksi mata kejadian itu, menyebut ia sempat kaget mendengar suara benda jatuh dari sekolah. Saat itu, ia sedang melakukan perbaikan gudang. “Tiba-tiba ada suara gemuruh ambrol, paling sekitar dua detik, dua ruang yang tadinya tertutup plafon porak poranda,” ujarnya.
Yanto memperkirakan penyebabnya karena kondisi bangunan tertutup plafon sehingga tidak disadari ada bahaya mengancam. Terlebih banyak kayu yang lapuk pada atap plafon.
“Meski atap ruang kelas VI belum jebol namun jika dilihat dari ruang kelas lima, tampak pada atap kayu-kayu sudah diserang rayap, sehingga mengkhawatirkan jika digunakan,” katanya.
Selain itu kondisi tembok sudah cembung akibat adanya tekanan genting dan atap. “Kuda- kuda juga sudah tak lurus akibat tekanan dan lapuk,” pungkasnya.
Evi mengakui bahwa kondisi atap memang sudah mengkhawatirkan sejak lama bahkan bentuknya melengkung.
“Memang sudah diprediksi bila semakin lama akan semakin membahayakan, karena kondisi atap sudah melengkung,” katanya.
Ia juga telah melakukan pengajuan perbaikan atap agar diganti baja ringan untuk menghindari adanya rayap. Namun naas, sebelum turunnya bantuan kondisi atap telah ambrol.
“Kami telah mengusulkan renovasi atap menggunakan baja ringan. Namun, belum tahu realisasinya kapan. Saat ini malah sudah roboh,” katanya.
Kondisi ruangan yang dipenuhi puing-puing reruntuhan itu untuk sementara tidak akan digunakan. Agar aman dari jangkauan siswa, juga dipasang rafia pembatas.
Namun Evi mengaku belum punya solusi pasca ambrolnya atap ruangan itu. Akan tetapi, ia berencana meminjam balai desa sebagai ruang pembelajaran siswa sementara.
“Untuk kelas satu dan dua, nanti bergantian masuk siang. Sementara kelas lima belajar di balai besar, ataupun sekolah di ruang terbuka,” ujarnya.
Diketahui SD tersebut dibangun secara swakelola pada tahun 2015 lalu. Sebelumnya SD ini sempat beroperasi di samping Balai Desa Gedangan. “Karena mendapatkan DAK saat itu, dibangunlah tiga ruangan di tahun 2015 dan tahun 2018 kembali dibangun tiga ruang lainnya,” terang Evi. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Beritajateng.id)