Firman Soebagyo Dorong Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Rembang

Rembang 5

Anggota DPR RI Firman Soebagyo saat diwawancarai media pada acara sosialisasi dan bimtek RHL pada Selasa, (7/10). (Muhammad Faalih/Beritajateng.id))

REMBANG, Beritajateng.id – Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo, SE., MH., mendorong adanya rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 

Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) RHL yang digelar di salah satu hotel kawasan Pantura, Rembang, pada Selasa, 7 Oktober 2025.

Firman menyebut, kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja sama antara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Komisi IV DPR RI dalam mendukung pengelolaan hutan yang berkelanjutan.

“Kegiatan hari ini terkait dengan masalah bimbingan teknis terhadap rehabilitasi hutan dan lahan pertanian. Ini menjadi salah satu program yang telah kita sepakati antara pemerintah dalam hal ini Kementerian Kehutanan dan Komisi IV DPR. Ini penting,” ungkapnya.

Menurut Firman, kawasan hutan memiliki tiga fungsi utama yakni ekologi, ekonomi, dan sosial. Oleh karena itu, masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan perlu didorong untuk bisa memanfaatkan potensi tersebut, namun tetap menjaga kelestariannya.

“Hutan kita cukup luas, 95,5 juta hektar, di mana posisi hutan ini sudah mulai banyak yang rusak akibat tangan-tangan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, contohnya galian C atau tambang-tambang yang tidak bermartabat. Tentunya itu akan merusak ekosistem kita,” ujarnya.

Ia menyoroti pentingnya edukasi melalui pelatihan semacam ini. Salah satu peserta kegiatan ini bahkan telah berhasil mengembangkan komoditas kedondong dan menghasilkan hingga satu juta rupiah per tahun dari lahan hutan yang dikelola secara berkelanjutan.

“Potensi-potensi inilah yang melalui fungsi perhutanan sosial bisa diarahkan kepada masyarakat, agar bisa mengoptimalkan kawasan hutan untuk kepentingan ekonomi, sosial, dan ekologi. Tapi ingat, bukan untuk menanam tebu atau jagung, melainkan tanaman tegakan seperti mangga, pete, durian, atau alpukat,” tegas Firman.

Ia berharap Kabupaten Rembang dapat meniru kesuksesan wilayah lain seperti Pati, yang kini telah menikmati hasil dari pengelolaan perhutanan sosial, bahkan sampai ke tahap ekspor.

Sementara itu, Kepala BPDAS Pemali Jratun, Arif Setyo Utomo menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), baik yang berada di dalam maupun di luar kawasan hutan.

“Rehabilitasi hutan itu di dalam kawasan hutan, kalau lahan itu di luar kawasan. Tujuannya memperbaiki kondisi DAS. Ini penting agar saat hujan deras, air bisa ditampung dan tidak langsung mengalir ke bawah sehingga mencegah banjir,” terangnya.

Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari Maryono, anggota DPRD Kabupaten Rembang Komisi II. Ia menilai kondisi lingkungan saat ini sudah mengkhawatirkan, terutama akibat pertambangan ilegal dan maraknya hutan gundul.

“Teman-teman ini mau mencintai lingkungan yang sekarang ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak hutan gundul, longsor, dan pertambangan yang menurut saya izinnya tidak ada. Ini akan merusak lingkungan,” ujar Maryono.

Ia juga menambahkan pentingnya keberanian dalam menyuarakan isu lingkungan agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah di masa depan.

“Kalau ekosistem rusak, kehidupan kita juga akan rusak. Kasihan daerah kita kalau sampai dirusak oleh pihak luar yang hanya mengambil keuntungan tanpa memperbaiki,” tegasnya.

Maryono menyatakan sudah meminta izin kepada CDK provinsi dan BPDAS untuk menjalin kolaborasi dengan pihak kehutanan di tingkat kabupaten agar program reboisasi bisa segera direalisasikan di titik-titik yang dibutuhkan.

Jurnalis: Muhammad Faalih
Editor: Tia

Exit mobile version