Rembang Belum Punya Pabrik Gula, Potensi Besar Tebu Terhambat

Rembang2 2

Ilustrasi lahan pertanian tebu. (Antara/Beritajateng.id)

REMBANG, Beritajateng.id – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispantan) Kabupaten Rembang Agus Iwan Hastanto mengungkap komoditas hasil pertanian tebu menempati posisi kedua se-Jawa Tengah setelah Kabupaten Pati. 

Namun, Agus mengungkap potensi besar itu masih terhambat akibat belum adanya pabrik gula di Kabupaten Rembang. Sehingga, hasil panen tebu masih harus dikirim ke luar daerah seperti Pati, Blora, hingga Lamongan.

“Hilirisasinya belum berjalan, harusnya kita memiliki potensi untuk memiliki pabrik tebu dengan luasan bahan bakunya hampir 8 ribu hektar,” ujarnya saat Sarasehan Petani Milenial, baru-baru ini.

Dalam kegiatan itu, Agus juga menyoroti posisi hasil padi yang menempati urutan ke-15 hingga ke-17 se-Jateng. Meski begitu, ia menegaskan kontribusinya terhadap swasembada pangan tetap signifikan.

“Produksi padi kita akan tinggi jika curah hujan cukup. Biasanya jika kabupaten sekitar seperti Grobogan dan Demak mengalami banjir, Rembang justru mendapat cukup air. Tapi kalau mereka normal, kita kekurangan air,” katanya. 

Untuk itu, ia mengungkap perlu adanya kolaborasi antar wilayah dalam pengelolaan air. Pemerintah Kabupaten Rembang juga tengah mendorong pembangunan infrastruktur pengairan.

Diantaranya seperti usulan pembangunan bendungan karet di Sungai Randugunting dan bendungan di Pasedan serta Trenggulunan. Hal ini untuk mendukung kebutuhan air pertanian terutama di wilayah selatan Rembang.

Untuk produksi jagung, Agus mengungkap Rembang peringkat ke-5 terbesar di Jawa Tengah dengan luas lahan mencapai 30 ribu hektar dan produksi sekitar 170 ribu ton per tahun. 

Hasil jagung ini menjadi salah satu penopang utama pabrik-pabrik di daerah lain seperti Grobogan, Semarang, dan Jawa Timur. Hal ini karena Rembang juga belum mempunyai pabrik pengolah.

“Jagung di kita menjadi pendukung utama bagi pabrik-pabrik pakan di kabupaten lain, sementara Rembang dengan dengan sekitar 30 ribu hektar, sekitar 170 ribu ton, itu belum memiliki pabrik pakan. Ini mungkin PR kita bersama semoga ada investor,” katanya.

Selain padi, jagung, dan tebu, komoditas tembakau menjadi andalan petani Rembang di musim tanam ketiga (MT3). Bahkan, menurut Agus, perputaran uang dari tembakau di satu musim bisa mencapai Rp 600 miliar hingga Rp 1 triliun.

Namun tahun ini, cuaca yang tidak menentu membuat banyak petani terpaksa mengganti tanaman.

“Tahun ini kondisinya luar biasa, yang biasanya April sudah sulit hujan, di Rembang kemarin Juni, Juli masih banyak hujan. Jadi banyak tembakau yang akhirnya diganti dengan tanaman-tanaman lain,” paparnya.

Jurnalis: Muhammad Faalih
Editor: Utia Lil

Exit mobile version