Biaya Hidup di Salatiga Naik, Buruh Minta Kenaikan UMK 2026 Disesuaikan Inflasi

Salatiga 4

Ilustrasi buruh saat beraktivitas di pabrik tekstil. (Ant/Beritajateng.id)

SALATIGA, Beritajateng.id – Para buruh di Kota Salatiga meminta agar kenaikan Upah Minimum Kota (UMK) tahun 2026 disesuaikan dengan inflasi. Hal ini karena mereka menilai biaya hidup semakin tinggi akibat lonjakan harga kebutuhan pokok yang juga terus naik.

Salah satu buruh pabrik di Kecamatan Argomulyo, Agung (29) meminta agar Pemerintah Kota (Pemkot) Salatiga melihat kondisi langsung di lapangan untuk menentukan formula kenaikan UMK 2026.

“Ya kami berharap agar penetapan UMK 2026 mempertimbangkan inflasi daerah dan kondisi riil di lapangan, bukan hanya formula nasional. Harga beras, kontrakan, dan kebutuhan harian naik terus sejak awal tahun. Kalau UMK tidak disesuaikan, kami tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup,” ujarnya, Kamis, 9 Oktober 2025.

Ia mengungkapkan, upah yang diterima buruh yang sudah berkeluarga belum bisa mencukupi kebutuhan dasar. Karena itu, mereka harus banting tulang mencari pendapatan tambahan agar bisa mencukupi kebutuhan. 

“Saya sendiri nyambi ngojek. Itu saya lakukan sepulang kerja di pabrik,” ujarnya. 

Sementara itu, kenaikan biaya hidup di Salatiga terlihat dari berbagai sektor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah, inflasi di wilayah eks-Karesidenan Semarang, termasuk Salatiga, mencapai 4,1 persen pada pertengahan 2025. Hal ini terutama dipicu oleh kenaikan harga pangan dan energi.

Selain itu, harga sewa tempat tinggal di sejumlah kawasan seperti Argomulyo dan Sidorejo setiap tahun juga mengalami kenaikan. 

Salah satu pekerja toko di kawasan Pasar Raya Salatiga, Rani (25), mengaku penghasilannya nyaris tidak tersisa setelah membayar kebutuhan pokok bulanan. 

“Harga beras sekarang bisa sampai Rp15 ribu per kilogram, sayur dan lauk juga naik. Kalau gaji segitu terus, saya harus terus kerja ekstra untuk mencari penghasilan tambahan,” ucapnya. 

Jurnalis: *Red
Editor: Tia

Exit mobile version