SALATIGA, Beritajateng.id – Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Kota Salatiga mencatat angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,86 persen pada 2024. Angka itu lebih rendah dibandingkan rata-rata Jawa Tengah.
Kepala Disperinaker Kota Salatiga, Agung Hindratmiko menyebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Salatiga juga cukup tinggi, yakni 70,72 persen. Bersama Kota Pekalongan, Salatiga menjadi daerah di Jawa Tengah yang mencatat angka di atas 70 persen.
“Ini menunjukkan bahwa penduduk usia kerja di Salatiga sebagian besar sudah terserap dalam kegiatan ekonomi,” ungkap Agung, Kamis, 21 Agustus 2025.
Menurutnya, sektor usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Salatiga adalah karyawan swasta sebanyak 35.480 orang, disusul buruh harian lepas sebanyak 18.505 orang.
Sementara itu, sektor Industri Kecil dan Menengah (IKM) kategori menengah juga berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja. Data Disperinaker mencatat terdapat 25 unit IKM dengan total tenaga kerja antara 500 hingga 600 orang.
Sedangkan untuk kategori kecil terdapat 1.618 perusahaan dengan sekitar 2.000 pekerja. Selain itu, usaha mikro non-industri juga melibatkan sekitar 26.000 orang pekerja.
Agung menjelaskan, pemerintah berupaya menekan angka pengangguran dengan mendorong UMKM agar naik kelas.
“Strateginya adalah meningkatkan kelas usaha, dari mikro menjadi kecil, kecil menjadi menengah, dan seterusnya. Dengan begitu, akan tercipta lapangan kerja baru,” jelasnya.
Pemerintah juga mendorong perguruan tinggi di Salatiga agar membuka program studi sesuai kebutuhan lapangan kerja.
“Perguruan tinggi harus link and match dengan dunia usaha, sehingga lulusan yang dihasilkan benar-benar siap kerja,” tambahnya.
Dalam hal investasi, lanjut Agung, Pemkot Salatiga juga menawarkan aset pemerintah kepada investor sesuai Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Untuk aset privat, pemerintah memberikan informasi tata ruang serta kepastian Standar Operasional Prosedur (SOP) perizinannya.
Namun, Agung mengungkap masih ada sejumlah tantangan di sektor ketenagakerjaan.
“Tantangan terbesar saat ini adalah keterampilan tenaga kerja yang harus sesuai dengan kebutuhan pasar. Jadi pelatihan dan peningkatan skill menjadi kunci,” pungkasnya.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil