Disebut Anggota Kreak, Ormas dan LSM Pertanyakan Kasus Penembakan Siswa SMKN 4 Semarang

Para anggota Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah. (Rizky Syahrul Al-Fath/Beritajateng.id)

SEMARANG, Beritajateng.id – Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk mengusut tuntas kasus penembakan yang menewaskan siswa SMKN 4 Semarang akibat ditembak oleh oknum polisi pada Minggu, 24 November 2024.

Koordinator Forum Ormas dan LSM Bersatu Jawa Tengah Adhi Siswanto Wisnu Nugroho meminta pihak APH mengeluarkan bukti visum korban penembakan dan menggelar rekonstruksi ulang secara terbuka yang melibatkan semua unsur masyarakat. Selain itu, pihaknya mempertanyakan kesehatan oknum polisi saat menjalankan tugas.

“Kami akan terus mengawal kasus ini dan meminta supaya proses penanganan masalah ini bisa terbuka dan transparan. Kami menyuarakan bersama-sama 25 Ormas dan LSM minta bukti visum korban. Kemudian meminta rekontruksi ulang secara terbuka, yang melibatkan semua unsur termasuk media dan lembaga. Kami dilibatkan sebagai independen agar kami tahu transparansi yang sebenarnya,” tegasnya.

Adhi mengatakan bahwa pihaknya mempertanyakan kebenaran pernyataan Kapolrestabes Semarang yang menyebut korban bagian dari anggota gangster. Sebab, korban yakni Gamma Rizkynata Oktafandy (17) diketahui merupakan seorang anggota Paskibra. Selain itu, pihak sekolah mengungkap bahwa korban tidak memiliki catatan buruk.

“Apakah benar statement Kapolrestabes kemarin, bahwa anggota Polisi yang menembak apakah dalam keadaan bertugas atau dalam keadaan lain. Ini perlu dibuktikan bersama dengan CCTV dari Dinas Perhubungan. Tolong ini nanti dibantu dibukakan dari area jalan sekitar kejadian. Harapan kami ini dibuka seadil-adilnya. Jangan sampai polisi menggiring opini, seakan-akan ada perang antar geng, padahal korban benar-benar anak piatu,” tandas Ketua Forkommas RI tersebut.

Joko Budi Santoso dari organisasi lembaga Pekat, yang tergabung dari Ormas dan LSM Bersatu juga menginginkan keterbukaan kepolisian dalam menangani kasus penembakan siswa SMK Negeri 4 Semarang. Ia menyebut, kepolisian harus lebih transparan tanpa tebang pilih, sesuai slogan Presisi Polri.

“Kami dari Ormas dan LSM Bersatu menginginkan tindakan polisi terbuka sesuai slogan polisi yang transparansi. Jangan membeda-bedakan, artinya kami selaku lembaga di Kota Semarang ini menginginkan keterbukaan yang sejelas-jelasnya. Jadi, jangan ada yang ditutupi. Jadi jangan sampai ada tebang pilih, kalau ada yang salah, kalau memang salah dan harus dipecat ya langsung saja dilakukan pemecatan,” kata Joko Budi Santoso 

Sementara itu Ari Nugroho sebagai Ketua Independen Corruption Watch (ICW) Jawa Tengah menyayangkan adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar dalam sebuah video yang beredar di media sosial, bahwa korban merupakan salah satu dari anggota geng motor atau kreak.

“Ya kami selaku lembaga mempertanyakan kenapa mesti ditembak? Kenapa tidak diberi peringatan dulu. Toh mereka itu pelajar, artinya apakah mereka itu memiliki senjata tajam atau benda yang membahayakan. Jadi kami mohonkan kepada aparatur penegak hukum, mana yang perlu langsung dieksekusi dan mana yang perlu dibina. Apalagi korban adalah salah satu anggota Paskibra,” ujar Ari.

Sebelumnya, diberitakan bahwa GRO meninggal akibat ditembak oleh salah satu oknum polisi di Jalan Candi Penataran Raya, Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Korban sempat dirawat beberapa jam di IGD RSUP dr Kariadi Semarang namun nyawanya tidak tertolong. Sedangkan kedua temannya yakni Satria yang mengalami luka tembak di tangan dan Adam dengan luka tembak di dada, selamat. Keduanya masih menjalani perawatan. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Beritajateng.id)

Exit mobile version