KUDUS, Beritajateng.id – Bakti Lingkungan Djarum Foundation (BLDF) melalui gerakan digital Siap Sadar Lingkungan (Siap Darling) kembali menyelenggarakan One Action One Tree (OAOT). Gerakan digital yang bersifat tahunan ini mengonversi aktivitas sehari-hari individu seperti lari, bersepeda, dan bermedia sosial menjadi bibit multi purpose tree species (MPTS) seperti mangga, alpukat, petai dan durian.
Lima tahun berselang, dampak dari gerakan OAOT semakin signifikan bagi pelestarian alam dan peningkatan kesejahteraan petani, khususnya di Desa Gondoharum, Kudus, yang menjadi penerima bibit. Kini, mereka bahkan mulai memiliki target jangka panjang untuk mendirikan agroforestri dan menjadikan daerahnya sebagai salah satu produsen mangga terbesar di Provinsi Jawa Tengah.
“Kami juga membantu dengan mengadakan pelatihan dan pendampingan kepada para petani, dan pemberian bibit hasil dari kegiatan OAOT ini diharapkan dapat berdampak panjang bagi petani. Maka itu, dalam inaugurasi kali ini, BLDF memberikan bantuan 26.000 bibit serta sarana dan prasarana seperti gazebo kepada Kelompok Tani Wonorejo,” ujar Director Communications Djarum Foundation, Mutiara Diah Asmara.
Diah mengungkap bahwa Provinsi Jawa Tengah selama 2021-2023 konsisten menjadi produsen mangga terbesar kedua di level nasional, dengan rata-rata produksi sebesar 512.914,3 ton per tahun. Adapun Kabupaten Kudus, pada 2023, menempati posisi ke-20 di tingkat provinsi dengan produksi 6.840,9 ton.
Dalam hal itu, ia mengatakan bahwa BLDF melibatkan generasi muda peduli lingkungan yang tergabung dalam gerakan Siap Darling untuk menanam saat inaugurasi OAOT di Desa Gondoharum, Kudus pada Rabu, 5 Februari 2025. Ia berharap, partisipasi tersebut dapat menggerakkan generasi muda untuk melakukan lebih banyak aksi peduli lingkungan.
Kepala Seksi Wilayah I Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (BPSKL) Wilayah Jawa Kementerian Kehutanan, Ruhiat, yang mewakili Kepala BPSKL Wilayah Jawa, Danang Kuncara Sakti, menjelaskan bahwa inisiatif penanaman oleh para petani di Desa Gondoharum ini menjadi bukti nyata atas dampak program perhutanan sosial.
“Ikhtiar masyarakat untuk menanam di area perhutanan ini menunjukkan rasa memiliki yang kuat terhadap alam. Sejak 2017, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (saat itu) memang memberi peluang bagi masyarakat untuk mengelola perhutanan sosial agar tetap lestari dan berdampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar. Harapannya upaya senada dapat direplikasi oleh komunitas petani lain di desa-desa sekitar perbukitan Patiayam ini,” ujar Ruhiat.
Sementara Ketua Kelompok Tani Wonorejo, Mashuri, yang memprakarsai penanaman ini menyebut bahwa salah satu tujuan gerakan tersebut adalah agar terhindar dari bencana seperti longsor.
“Saya tergerak menanami desa kami agar terhindar dari bencana, mengingat lahan hutan di dekat desa kami tinggal 10 persen yang memiliki tanaman keras sehingga rentan longsor. Sejak 2020, kami berkolaborasi dengan BLDF yang memberikan bantuan bibit untuk menanam dengan sistem tumpang sari agar bernilai ekonomi. Alhamdulillah, setelah lima tahun merawat, kami mulai memanen mangga hingga 30 ton tahun lalu,” ujar Mashuri.
Ia mengungkap, ide dan harapan untuk membangun Agroforestri Wonorejo tidak sengaja muncul sejak desanya mulai populer di media sosial.
“Awalnya komunitas kami sering berkumpul di gazebo untuk belajar teknik-teknik pertanian. Para petani muda yang ikut sering mengabadikan pemandangan sekitar, yang teduh berkat pohon-pohon mangga ini, di media sosial sehingga menarik warga untuk berkunjung kemari,” katanya.
Sementara itu, Hamli Akbar Pramulyana, pemenang OAOT kategori bersepeda mengungkap bahwa ia bahagia bisa berkontribusi untuk lingkungan melalui hobi bersepedanya. Hamli yang melakukan tur Jepang tahun lalu berharap akan semakin banyak masyarakat yang bergabung dengan kegiatan ini dan menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar masing-masing. (Lingkar Network | Beritajateng.id)