SEMARANG, Beritajateng.id – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) meningkat di Kota Semarang. Untuk mengatasi hal ini, Dinas Pertanian (Dispertan) mulai melakukan vaksinasi sebagai upaya pencegahan terhadap wabah tersebut.
Kepala Dispertan Kota Semarang, Shoti’ah, mengungkap bahwa jumlah sapi yang terjangkit wabah PMK pada 12 Januari 2025 kemarin mencapai 44 kasus. Selain itu, ia mengaku mendapat konfirmasi bahwa terdapat tiga ekor sapi yang meninggal dunia.
“Sebaran kasus PMK terbanyak masih dua wilayah, di Kecamatan Banyumanik 30 kasus dan tiga diantaranya mati. Sedangkan di Kecamatan Mijen 14 kasus,” ucap Shoti’ah, di gedung DPRD Kota Semarang, Senin, 13 Januari 2025.
Dengan meningkatnya wabah PMK, Dispertan Kota Semarang mulai melakukan vaksinasi dengan menyasar hewan ternak yang sehat. Proses vaksinasi difokuskan di Kecamatan Gunungpati selama tiga hari.
“Kami menerima vaksin dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng sebanyak 200. Sedangkan sapi-sapi yang terkena PMK sudah ditangani petugas kami untuk proses penyembuhan,” terangnya.
Ia mengimbau kepada para peternak agar tidak panik dalam menghadapi wabah PMK. Sebab, penyakit tersebut dapat disembuhkan jika segera ditangani dengan benar.
Shoti’ah meminta peternak untuk aktif melakukan perawatan intensif dan melapor apabila terdapat sapi yang terkena PMK. Hal ini agar pihaknya bisa memantau dan membantu proses penyembuhan.
“Paling penting peternak juga harus menjaga kebersihan kandang, memberikan makanan yang cukup, pemberian vitamin untuk daya tahan tubuh. Vaksinasi juga program yang bagus. Jadi, harapan kami jangan ada peternak yang menolak,” paparnya.
Ia berharap, setelah dilakukan vaksinasi wabah PMK tidak menyebar ke wilayah Gunungpati. Sebab, menurut Shoti’ah di wilayah tersebut banyak kelompok peternak sapi.
“Yang menjadi fokus kami saat ini di dua wilayah Banyumanik dan Mijen. Vaksinasi ini diharapkan dapat mempertebal daya tahan tubuh ternak agar tidak tertular wabah PMK,” pungkasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Beritajateng.id)