BLORA, Beritajateng.id – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Wilayah Kendeng Selatan mencatat masih ada ratusan sumur tua peninggalan kolonial Belanda yang tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Blora.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Cabang Dinas ESDM Wilayah Kendeng Selatan Blora Hadi Susanto menyebut, potensi tersebut sebagian besar berada di wilayah utara Kabupaten Blora yang sejak lama dikenal sebagai ladang minyak.
Ia menyebut, sumur minyak tua terbanyak berada di Kecamatan Jati, Jiken, Randublatung, Kradenan, dan Jepon. Beberapa titik lainnya juga ditemukan di Kecamatan Cepu dan sekitarnya.
“Berdasarkan catatan kami, jumlah sumur tua di Blora mencapai ratusan. Namun yang masih aktif ditambang masyarakat dengan sistem tradisional hanya sebagian. Sisanya sudah tidak produktif, bahkan ada yang ditutup karena alasan keselamatan,” jelas Hadi, Rabu, 27 Agustus 2025.
Saat ini terdapat 334 sumur minyak tua yang aktif dan terdata resmi. Dari jumlah tersebut, ia mengungkap sebanyak 264 sumur dikelola oleh BUMD, 54 sumur oleh KUD Jiken, dan 16 sumur oleh KUD Jati.
Menurut Hadi, aktivitas pengeboran sumur minyak tua seharusnya dilakukan melalui mekanisme kerja sama antara BUMN migas dengan koperasi rakyat. Namun, ia mengakui masih ditemukan praktik penambangan ilegal di sejumlah titik.
“Kondisi itu (penambangan ilegal) berbahaya karena berpotensi menimbulkan kebakaran hingga pencemaran lingkungan,” ujarnya.
Ia menegaskan, meski sumur minyak tua di Kabupaten Blora sebagai warisan sejarah namun pengelolaannya harus memahami berbagai aspek aturan yang berlaku.
“Jika dibiarkan ilegal, potensi bahayanya sangat besar,” tegasnya.
Kebakaran Sumur Minyak Ilegal di Blora, Taj Yasin Tegaskan Semua Perizinan Ditahan
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat Blora, Keluk Pristiwahana menilai keberadaan sumur minyak tua telah menjadi bagian dari kehidupan warga setempat.
“Sejak zaman kakek buyut, orang sini hidup dari minyak. Kami berharap pemerintah bisa memberikan solusi agar pengelolaan lebih aman sekaligus mensejahterakan warga,” ujarnya.
Keluk juga berharap ke depan sumur minyak tua di Blora dapat dilengkapi dengan teknologi yang lebih baik serta mengutamakan aspek keselamatan dan kesehatan kerja (K3), sehingga aktivitas pertambangan tidak hanya bermanfaat bagi ekonomi warga, tetapi juga aman bagi lingkungan.
Sebagai informasi, Blora merupakan salah satu daerah penghasil minyak tertua di Indonesia. Sejak masa kolonial, wilayah ini telah menjadi pusat eksplorasi migas, dan hingga kini masih menyisakan ratusan sumur minyak tua meski sebagian besar produksinya terus menurun.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil