BLORA, Beritajateng.id – Serapan pupuk di Kabupaten Blora pada semester satu tahun 2025 dinilai kurang maksimal karena mencapai rata-rata 40 hingga 50 persen, dari total alokasi tahun ini.
Kepala Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan (DP4) Blora Ngaliman menjelaskan, total serapan urea hanya 36.64 persen dari total alokasi 67,500 ton. Sementara pupuk NPK 43.93 persen dengan total jatah 50,000 ton. Adapun serapan pupuk organik 52.86 persen dengan total jatah 5.000 ton.
“Serapan pupuk urea di beberapa kecamatan belum maksimal serapannya, dibawah 30 persen. Kalau untuk NPK dan organik sudah diatas 30 persen,” katanya.
Serapan pupuk urea yang masih rendah itu, kata dia, ada di Kecamatan Cepu dengan angka 29,87 persen, lalu Sambong di angka 29.52 persen, Blora kota 25.52 persen, dan Ngawen 27.27 persen.
“Sementara untuk serapan pupuk terbaik ada di Kecamatan Jiken. Dengan rincian urea 55,27 persen, NPK 60,50 persen, dan organik 65 77 persen,” terangnya.
Sementara serapan paling banyak ada di tiga kecamatan yakni Randublatung, Kunduran dan Todanan.
“Paling banyak Randublatung dengan jumlah 8.585 ton pupuk urea dan 6.270 ton pupuk NPK, lalu organik 943 ton,” paparnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan ada empat kecamatan yang tidak mengusulkan alokasi pupuk organik, yakni Sambong, Jepon, Todanan dan Japah.
“Sesuai aturan, petani yang mendapatkan subsidi lahannya maksimal 2 hektar,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi pupuk tidak terserap, pihaknya mendorong percepatan penyaluran pupuk di kecamatan yang realisasinya masih rendah. Namun penyaluran tetap harus sesuai dengan kebutuhan lapangan.
“Penyaluran harus disesuaikan dengan kebutuhan riil di lapangan. Tapi kita juga minta supaya penebusan dari kelompok tani dipercepat agar tidak menumpuk di akhir tahun,” ujarnya.
Ia mengungkap, harga eceran tertinggi (HET) pupuk urea subsidi yakni Rp 2.250 per kilogram, pupuk NPK subsidi Rp 2.300 per kilogram dan Rp 800 per kilogram untuk pupuk organik.
Pihaknya menghimbau agar alokasi yang sudah diberikan pemerintah bisa terserap maksimal oleh petani tahun ini agar hasil pertanian meningkat dan stabilitas harga pangan di Blora terjaga.
“Dan mendukung ketahanan pangan di daerah,” tambahnya.
Menanggapi tidak maksimalnya serapan pupuk di Kabupaten Blora, pihak Asosiasi Pengecer Pestisida (Aspenda) mengaku berencana mengusulkan realokasi pupuk di beberapa kecamatan pada semester dua tahun 2025.
“Beberapa kecamatan sudah baik, di angka 40 hingga 50 persen, nanti yang serapannya kurang baik kita usulkan untuk dapat diserap di kecamatan lainya. Sehingga akhir tahun dapat maksimal,” terangnya.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil