PATI, Beritajateng.id – Setiap peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat di Desa/Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati menyambutnya dengan tradisi Meron. Meron merupakan upacara selamatan dengan mengarak nasi tumpeng dan puluhan gunungan hasil bumi. Tradisi tersebut merupakan warisan turun temurun sejak zaman Kerajaan Mataram.
Selain ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Beda (WBTB) sejak 2016 oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Meron mendapatkan hak paten oleh Kementerian Hukum dan HAM (KemenkumHAM) sebagai warisan komunal masyarakat Pati pada 2023.
Melihat potensi tersebut, anggota DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Pati, Endah Sri Wahyuningati, mendorong masyarakat Sukolilo untuk tetap menjaga dan melestarikan event tahunan tersebut.
Anggota DPRD yang akrab disapa Bu Ning tersebut berharap tradisi tersebut dirawat, dijaga, dan dikembangkan dengan baik dari waktu ke waktu. Sebab, Meron bukan hanya sekedar menjadi hiburan bagi masyarakat namun agar generasi muda memahami dan mengenal filosofi Meron sebagai bukti sejarah dan peran Walisongo dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
“Berharap tradisi yang baik ini terus dipromosikan hingga keluar Kabupaten Pati sebagai salah satu agenda wisata daerah yang masuk agenda rutin tahunan,” harapnya.
Desa Sukolilo, pemilik tradisi tersebut, telah ditetapkan sebagai salah satu desa wisata oleh Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata (Disporapar). Dengan pencapaian yang luar biasa tersebut, Bu Ning berharap hal tersebut akan semakin menarik wisatawan dari berbagai penjuru daerah untuk datang ke Sukolilo.
Politisi dari Partai Golkar tersebut yakin tradisi Meron yang dihadiri oleh puluhan ribu penonton setiap tahunnya mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Mari kita menjadikan Meron sebagai magnet wisata budaya yang dapat menjadi pengungkit untuk meningkatkan geliat perekonomian masyarakat,” tandasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Beritajateng.id)