PATI, Beritajateng.id – Target produksi padi 10 ton per hektar yang gencarkan Bupati Pati, Sudewo sudah mulai tercapai. Salah seorang petani di Desa Mangunrekso, Kecamatan Tambakromo, Suwarno mengaku bisa menghasilkan 10 ton per hektar setelah mengikuti bimbingan petugas penyuluh pertanian (PPL).
Suwarno mengatakan, proses penanaman padi di musim tanam (MT) 2 ini dilakukan sesuai ilmu yang diajarkan Sunyoto petani asal Karangwage, Kecamatan Trangkil melalui PPL Tambakromo. Mulai dari pengolahan lahan sebelum tanam hingga masa panen.
Sebelum melakukan penanaman, kata dia, pengolahan lahan dilakukan selama 10 hari dengan cara memberikan pupuk dan obat-obatan. Tujuannya, agar jerami bekas panen di MT 1 terurai dengan baik.
“Dari awal pengolahan bibit, terus pengolahan tanah. Terus setelah pengolahan tanah, setelah jarak 10 hari terus penanaman,” ujar Suwarno pada Minggu, 25 Mei 2025.
Adapun bibit padi yang ia pakai yakni jenis Inpari 32 Pertiwi. Bibit padi tersebut menurutnya memiliki keunggulan dibanding bibit lainnya karena bulir lebih panjang dan padi lebih banyak.
“Bibitnya beda, jenisnya beda. Kemarin itu bibitnya Inpari 32 jenisnya pertiwi. Bulirnya itu panjang, sampai 250 butir kalau dihitung,” jelasnya.
Jarak 3 hari setelah penanaman, Suwarno melakukan pemupukan pertama kali dengan Urea dan NPK sesuai takaran yang telah diajarkan. Sementara pemupukan kedua dan ketiga, tetap dengan jenis pupuk yang sama namun takarannya berbeda.
“Setengah hektar itu ureanya 1 kuintal ditambah NPK 75 kg. Pemupukan kedua itu setelah 20 hari menggunakan Urea lagi 75 dan NPK 75 lagi. Setelah sebulan lebih saya kasih lagi tapi ureanya saya kurangi untuk menghindari kesuburan,” ungkap dia.
Sebelum padi berbuah atau berbulir, Suwarno memberikan pupuk non subsidi jenis ZA untuk memperkuat batang padi. Kemudian, untuk memperbesar dan memperbanyak bulir, ia mengaku menggunakan pupuk non subsidi yakni KCL cair.
Selain melakukan pemupukan, Suwarno selalu melakukan penyemprotan pestisida dengan obat insektisida dan fungisida satu minggu sekali agar tidak ada serangga maupun jamur yang menyerang padinya.
“Terus setelah itu obat-obatan pestisida itu tiap minggu memang, yang pertama setelah 10 hari. Untuk mengatasi penyakit padi, kan banyak. Kemarin itu air cukup, terus gulma kok tidak ada,” paparnya.
Camat Tambakromo, Mirza membenarkan bahwa hasil panen di lahan milik Suwarno berhasil mencapai 10 ton per hektar. Hal itu diketahui saat PPL melakukan pengubinan di lahan padi milik Suwarno.
“Pada waktu pengubinan kemarin, 2,5 meter persegi itu diambil, di sample. Itu lahan yang pertama 9 ton, lahan yang kedua (milik Suwarno) ada 10,4 ton,” ucap dia.
Mirza menegaskan bahwa petani di Tambakromo juga bisa menghasilkan padi 10 ton per hektar sesuai arahan Bupati Sudewo. Asalkan, kata dia, proses pengolahan lahan, penanaman dan pemeliharaan padi menggunakan metode yang benar.
“Artinya mematahkan pendapat bahwasanya lahan Pati kidul (selatan) itu tidak sesubur Pati utara. Kita membuktikan, sentuhan ilmu pertanian yang baik, pupuk yang sesuai bisa meningkatkan produktivitas,” tandasnya.
Jurnalis: Setyo Nugroho
Editor: Utia Lil