REMBANG, Beritajateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Rembang bersama Komisi V DPR RI, dan BMKG mengadakan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) di Aula Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Rembang, Senin, 4 Agustus 2025.
Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini bertujuan mengedukasi para nelayan terkait pentingnya pemahaman informasi cuaca dan iklim maritim.
Dalam sambutannya, Dwi Wahyuni selaku Asisten III Setda Rembang menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelenggaraan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan.
“Apresiasi kami sampaikan kepada Komisi V DPR RI, Ibu Harmusa Oktaviani, BMKG, dan seluruh penyelenggara serta peserta. Harapan kami, kegiatan ini bisa benar-benar bermanfaat bagi para nelayan di Kabupaten Rembang,” ungkapnya pada Senin, 4 Agustus 2025.
Ia menegaskan, Sekolah Lapang Cuaca Nelayan ini penting sebagai bentuk dukungan nyata kepada masyarakat pesisir yang sebagian besar menggantungkan hidup dari sektor kelautan dan perikanan.
“Kabupaten Rembang memiliki garis pantai sepanjang 63,5 kilometer dan 30 persen wilayahnya adalah kawasan pesisir. Ini potensi besar yang harus kita kelola dengan baik. Terlebih di tengah tantangan perubahan iklim yang makin kompleks. Nelayan membutuhkan informasi cuaca yang akurat dan mudah dipahami,” tambahnya.
Sekolah Lapang Cuaca Nelayan tahun ini, kata dia, mengusung konsep ghost to field, yaitu menghadirkan edukasi praktis langsung kepada para nelayan. Selain memahami kondisi cuaca dan iklim, peserta juga dikenalkan pada teknologi aplikasi seperti Info BMKG dan InaWIS (Informasi Wilayah Ikan Satelit) yang bisa diakses melalui ponsel.
“Kami berharap para peserta tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi mampu mengakses dan menggunakannya secara mandiri untuk pengambilan keputusan saat melaut,” katanya.
Anggota Komisi V DPR RI, Harmusa Oktaviani, yang turut hadir dalam Sekolah Lapang Cuaca Nelayan menyoroti pentingnya edukasi berkelanjutan dan kebijakan yang mendukung nelayan.
“Kendala yang dihadapi nelayan kita bukan hanya cuaca, tetapi juga regulasi dan pembatasan wilayah. Edukasi melalui SLCN ini penting agar nelayan bisa lebih adaptif dan efisien dalam mencari ikan. Selain itu juga selama saat menghadapi cuaca ekstrem,” jelasnya.
Diketahui, Sekolah Lapang Cuaca Nelayan Rembang 2025 ini diikuti oleh sekitar 70 peserta yang terdiri dari nelayan, penyuluh perikanan, dan perwakilan dari dinas dan instansi terkait. Kegiatan ini juga melibatkan sesi berbagi pengalaman dari nelayan senior.
Ngardi, salah satu nelayan yang mengikuti pelatihan di Sekolah Lapang Cuaca Nelayan menyampaikan rasa antusiasnya terhadap program ini.
“Dulu kami hanya mengandalkan ilmu titen (red, perkiraan berdasarkan pengalaman) sekarang sudah ada cara modern. Semoga dengan cara ini tangkapan kami bisa lebih banyak. Saya senang BMKG datang langsung ke sini,” ungkapnya.
Jurnalis: Muhammad Faalih
Editor: Utia Lil