REMBANG, Beritajateng.id – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Rembang mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi musim penghujan yang datang lebih awal dari biasanya tahun ini.
Kepala BPBD Kabupaten Rembang, Sri Jarwati menjelaskan wilayah Rembang telah resmi memasuki musim hujan sejak Oktober, meski curah hujannya belum merata di seluruh kecamatan.
“Terkait dengan cuaca pada hari ini tanggal 28 Oktober, tadi pagi sudah diawali hujan ringan kemudian terang. Prediksinya nanti hujan lagi, tetapi tidak seperti tiga hari kemarin. Kalau tiga hari kemarin memang untuk Kabupaten Rembang dalam kondisi cuaca kategori ekstrem,” jelasnya.
Menurutnya, tahun ini Rembang mengalami kemajuan musim hujan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Biasanya wilayah pesisir utara Jawa Tengah ini menjadi salah satu daerah yang paling akhir diguyur hujan. Namun, tahun ini hujan datang lebih awal dengan intensitas di atas normal, terutama di wilayah Rembang bagian utara.
“Sifat hujannya diprediksi di atas normal, maka perlu kesiapsiagaan dalam segala hal, terutama antisipasi untuk daerah-daerah yang berpotensi longsor maupun banjir,” imbuh Sri Jarwati.
BPBD Rembang memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada Januari 2026 dengan durasi musim penghujan diperkirakan berlangsung selama enam hingga tujuh bulan. Kondisi ini dinilai dapat menguntungkan bagi sektor pertanian karena memungkinkan petani panen padi dua kali dalam satu musim.
Meski demikian, Sri Jarwati mengingatkan para petani di Rembang untuk menyesuaikan jadwal tanam agar tidak bertepatan dengan puncak curah hujan tinggi.
“Kami rekomendasikan jangan menanam di bulan Januari, karena itu puncak musim hujan. Oktober atau November sudah bisa menanam, disesuaikan dengan curah hujan,” katanya.
Selain itu, ia juga mengingatkan petani tembakau agar berhati-hati. Sebab hujan dengan intensitas tinggi bisa mengganggu pertumbuhan dan kualitas tanaman.
BPBD bersama dinas terkait bergerak cepat menurunkan alat berat untuk membersihkan material penyumbat saluran hingga banjir surut.
Sebagai langkah antisipasi menghadapi puncak musim hujan, pihaknya mengimbau warga untuk menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan sistem drainase berfungsi dengan baik.
“Kami mengajak masyarakat melakukan kerja bakti bersama untuk menjaga kebersihan air dan memastikan saluran drainase tidak tersumbat,” tutur Sri Jarwati.
Sebagai informasi tambahan, berdasarkan catatan BPBD, pada 2024 terjadi tujuh kali banjir di wilayah Rembang. Sementara di 2025, banjir terakhir tercatat pada Sabtu, 26 Oktober 2025 di wilayah Kecamatan Sumber dan Kaliori. Puluhan rumah warga terdampak, dan sejumlah saluran air tersumbat karena tumpukan sampah serta luapan air dari daerah aliran sungai (DAS).
Jurnalis: Muhammad Faalih
Editor: Tia


















