SEMARANG, Beritajateng.id – Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang resmi kembali menyandang status sebagai bandara internasional sejak 25 April 2025. Status ini membuka kembali akses langsung ke luar negeri dan membuka peluang peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Jawa Tengah.
Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, Endro Wicaksa, menyampaikan bahwa sebelum pandemi COVID-19, Bandara Ahmad Yani sempat menjadi pintu masuk utama sekitar 50 ribu wisman per tahun.
“Pada 2019, tercatat sekitar 50 ribu wisman masuk langsung melalui Bandara Ahmad Yani. Namun setelah status internasionalnya dicabut tahun 2024, akses langsung dari luar negeri terputus,” jelas Endro, Senin, 19 Mei 2025.
Pencabutan status internasional bandara tersebut dilakukan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2024. Kini, dengan pengembalian status internasional, beberapa rute baru telah dibuka, seperti Semarang-Malaysia dan Semarang-Singapura. Maskapai seperti AirAsia pun sedang dalam proses untuk mengoperasikan rute-rute internasional dari Semarang, termasuk ke Kuala Lumpur dan Singapura.
Endro menambahkan, meskipun akses udara sempat tertutup, wisatawan asing tetap datang ke Jawa Tengah melalui jalur darat (overland) dari Bali, Yogyakarta, atau Jakarta. Destinasi utama yang mereka kunjungi antara lain Candi Borobudur, Karimunjawa, dan Semarang.
“Tahun 2024 tercatat sekitar 590 ribu kunjungan wisman ke destinasi wisata di Jawa Tengah, meskipun satu wisatawan bisa mengunjungi lebih dari satu tempat,” ujarnya.
Dengan kembalinya status internasional Bandara Ahmad Yani, Disporapar Jawa Tengah memproyeksikan kenaikan jumlah kunjungan wisman hingga 650 ribu orang pada tahun 2025. Target minimal 50 ribu wisman diharapkan dapat kembali masuk langsung melalui bandara tersebut.
Selain rute ke Malaysia dan Singapura, peluang penerbangan langsung ke Tiongkok juga terbuka lebar, mengingat tingginya minat wisatawan asal Tiongkok terhadap destinasi seperti Karimunjawa.
“Kami optimistis status ini akan memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan ekonomi di Jawa Tengah,” pungkas Endro.
Jurnalis: Rizky Syahrul
Editor: Sekar S