GROBOGAN, Beritajateng.id – Metode penjualan baru yang di tetapkan pemerintah agar distribusi gas subsidi tepat sasaran menuai banyak keluhan dari masyarakat. Hal itu karena proses distribusi dinilai lama dan mendapatkannya rumit.
Salah satu warga Kecamatan Karangrayung, Maryani (29), mengungkap bahwa ia kesulitan mendapatkan LPG tepat waktu. Hal ini lantaran ketika hendak membeli, ia harus mendaftar dahulu pada barang yang akan tersedia sekitar satu minggu kemudian. Model pembelian tersebut, menurutnya harus membuat ia menunggu lama untuk mendapatkan LPG.
Selain itu, ia menjelaskan bahwa barang yang datang ke pangkalan sangat terbatas. Hal ini menjadikan masyarakat yang belum mendaftar harus menunggu giliran sesuai dengan ketersediaan stok yang ada.
“Gas masih saja sulit. Gimana kalau mau masak nggak ada gas begini. Kalaupun daftar saat ini menunggu waktu satu minggu baru dapat,” ujar Maryani.
Lain halnya dengan Eka (35) warga Kecamatan Gubug. Ia mengungkap, akibat kelangkaan LPG dirinya harus pergi ke tempat yang jauh. Selain itu, ia harus membayar 30 – 35 ribu agar dapat gas lebih cepat. Sebab menurutnya sistem yang sekarang ini perlu waktu lama untuk mendapatkan stok gas.
“Butuhnya saat ini. Jadi saya rela bayar lebih mahal, mau makan apa anak saya kalau saya tidak masak,” ujar Eka.
Sementara itu, Hamdan (25) yang merupakan pedagang kaki lima mengatakan bahwa model penjualan LPG itu membuat ia rugi. Sebab, ia harus membayar harga lebih tinggi untuk mendapatkan LPG agar bisa berjualan.
“Cari gas susah, kalau di pangkalan lama, ini jelas merugikan. Jadi saya lebih memilih beli yang lebih mahal agar tetap bisa berjualan,” ujar Hamdan
Hamdan menjelaskan, selain masalah LPG, di tengah banyaknya bencana dan cuaca yang tidak menentu membuat dagangannya sepi pembeli. Ia berharap pemerintah bertindak cepat untuk mengatasi masalah ini.
“Semoga pemerintah dapat dengan cepat mengatasi masalah gas ini, supaya saya dapat berjualan dengan baik,” pungkasnya. (Lingkar Network | Ahmad Abror – Beritajateng.id)