GROBOGAN, Beritajateng.id – Tercatat ada ratusan kasus gizi buruk di Kabupaten Grobogan dari Januari hingga Juli 2024 di Dinas Kesehatan (Dinkes) Grobogan. Hal tersebut diungkap oleh Plt Sub Koordinator Gizi Remaja dan Usila Dinkes Grobogan Rumia Magdalena pada Rabu, 25 September 2024.
Rumia mengatakan bahwa petugas puskesmas hingga Dinkes terus melakukan pelacakan anak-anak dengan gizi buruk menggunakan metode jemput bola. Berdasarkan hasil pelacakan tersebut, wilayah Brati memiliki kasus gizi buruk cukup banyak.
“Ini ada lebih dari lima kasus. Kemarin kami pelacakan jemput bola di Desa Temon dan Menduran. Di sana terdapat anak usia 15 bulan dengan berat badan (BB) 4,6 kg serta 4,9 kg,” jelasnya.
Setelah melakukan pelacakan jemput bola, Rumia membeberkan bahwa kebanyakan anak-anak tersebut berasal dari kalangan prasejahtera. Tak hanya mengalami gizi buruk, para balita tersebut memiliki penyakit penyerta seperti bronkopneumonia dan down syndrome.
“Memang hampir semuanya memiliki kondisi prasejahtera, ya. Masalahnya mereka nggak punya BPJS. Makanya kami bantu cari solusi agar bisa dirujuk ke rumah sakit (RS). Kami upayakan menggunakan Bantuan Sosial (Bansos),” ujarnya.
Dalam upaya tersebut, Dinkes Grobogan menggandeng perangkat desa seperti kades untuk ikut turun membantu warganya.
“Ini didampingi pak kades untuk mengurus itu (Bansos, red), supaya mau dibawa ke RS. Karena mereka masuknya keluarga prasejahtera, tentunya mereka juga butuh uang lebih untuk wara-wiri ke RS,” jelasnya.
Rumia menuturkan bahwa dalam upaya menaikan Berat Badan (BB) anak, petugas kesehatan telah mengupayakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sesuai standar gizi dengan berbasis lokal. Kemudian pemberian susu atas rekomendasi dokter dan multivitamin serta Pemberian Olahan Kebutuhan Medis Khusus (PKMK).
“Setelah ada pendampingan selama 60 hari oleh petugas kesehatan. Kami sarankan dirujuk dibawa ke RS. Karena butuh penanganan dokter spesialis anak (Spa). Maka akan lebih enak dikonsultasikan langsung ke spesialisnya,” imbuhnya.
Menurut Rumia, penekanan kasus gizi buruk tahun ini didukung melalui anggaran Banprov dan BOK per puskesmas senilai Rp 100 juta. Rumia juga menginformasikan bahwa ketersediaan PMT dan Pangan Olahan untuk Diet Khusus (PDK) serta bantuan dari CSR (Baznas) akan diterjunkan akhir bulan September.
“Kami harap dengan bantuan ini mampu menekan kasus malnutrisi di Kabupaten Grobogan,” pungkasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Beritajateng.id)