JEPARA, Beritajateng.id – Sejumlah 22 Jondang diarak ratusan warga pada Festival Jondang di Desa Kawak, Kecamatan Pakisaji Kabupaten Jepara pada Kamis 8 Mei 2025.
Kegiatan ini merupakan tradisi budaya yang dilestarikan oleh warga setempat dengan berjalan sepanjang 2 kilometer untuk mengarak Jondang-jondang tersebut sampai di Makam Wali Kawak kemudian dilanjutkan dengan berdoa dan makan bersama.
Jondang tersebut terbuat dari kayu berbentuk persegi panjang yang digunakan untuk tempat saji makanan, menyimpan barang berharga serta hasil bumi pada zaman dahulu. Jondang mempunyai arti ‘Jodohe Ngandang’ atau Jodohnya Masuk, karena digunakan untuk mempersunting gadis.
Jondang yang diarak merupakan jondang lanang atau laku-laki dan jondang wadon atau perempuan. Adapun untuk membedakan jondang lanang dan wadon, terletak pada tinggi dan besarnya. Jondang lanang lebih tinggi dan besar dari pada jondang wadon.
Pada kesempatan ini, Kepala Desa Kawak, Eko Hery Purwanto menjelalaskan bahwa seiring dengan perkembangan waktu, festival Jondang hampir punah. Maka sebagai bentuk melestarikan tradisi, pihaknya menghidupkan festival jondang dengan meriah setiap tahunnya.
Festival ini juga menampilkan atraksi dan kesenian, baik drumb band, tarian, wayang kulit, dan lainnya. Sebanyak 22 Jondang yang diarak terrdiri dari 20 RT yang ada di Desa Kawak, 2 Jondang dari Pemerintah Desa Kawak.
“Melestarikan budaya lokal dan budaya leluhur agar tidak punah. Dengan adanya festival ini para pelaku usaha bisa merapat. Jadi, jodoh yang dimaksud adalah jodoh rezeki,” kata Heri saat memberi keterangan kepada tim Lingkar Jateng.
Ia menambahkan bahwa Festival Jondang ini merupakan bentuk ungkapan syukur Warga Desa Kawak atas hasil bumi yang telah diberikan oleh Tuhan. Maka, pelaksanaannya tidak pasti kapan waktu pada setiap tahunnya, tergantung waktu hasil panen warga.
“Ungkapan syukur kita karena telah diberi rejeki yang melimpah dengan hasil panen yang cukup baik,” tambahnya.
Dengan mengangkat tema “Melestarikan Budaya Daerah”, pihaknya berharap setiap tahunnya festival ini terus berkembang dan semakin kreatif warganya dalam memodifikasi jondang.
“Kami berherap kedepannya dapat mendapatkan perhatian dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. Kami ingin anak-anak penerus bangsa tidak buta dengan kebudayaan lokal,” tambahnya.
Sementara itu, Camat Pakisaji, R Eko menyampaikan rentetan sedekah bumi di Desa Kawak ini luar biasa yang hampir satu minggu diisi dengan kegiatan. Adapun puncak acaranya yaitu pada hari ini dengan Festival Jondang dan dilanjutkan pagelaran wayang kulit pada malamnya.
“Kami berharap tahun selanjutnya bisa lebih meriah, serta mampu menjadi daya tarik wisatawan dari luar desa bahkan luar daerah maupun luar negeri untuk melihat langsung pertunjukan Festival Jondang ini,” kata Eko.
Festival Jondang Kawak ini menjadi ikon Desa Kawak tersendiri yang dilakukan setiap tahunnya dalam rentetan acara sedekah bumi. Serta dari kegiatan ini diharapkan dapat memupuk kebersamaan, mempererat kerukanan dan menjadi ajang silaturahim antar warga. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Beritajateng.id)