SEMARANG, Beritajateng.id – Produksi sampah di Kota Semarang mencapai 1.000 ton per hari. Sebagian besar sampah-sampah tersebut berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan hanya sedikit yang dikelola masyarakat.
Untuk mengatasi persoalan sampah dan potensi TPA overload, Dewan Pertimbangan Pembangunan Kota (DP2K) Semarang bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menggelar Forum Group Discussion membahas Pengelolaan Sampah di Kota Semarang, Senin, 22 April 2024.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, meminta semua pihak agar serius dan ikut terlibat menangani permasalahan sampah. Menurutnya, sampah sudah menjadi permasalahan dunia, tidak hanya di Indonesia atau di Kota Semarang saja. Oleh karena itu, sampah memang seharusnya ditangani secara cepat dan tepat dari hulu.
Mbak Ita, sapaan sapaan Wali Kota Semarang, menyampaikan pihaknya menerapkan upaya pilah pilih sampah dengan harapan menjadi salah satu solusi dan cara bagaimana Pemkot Semarang meminimalisir produksi sampah di TPA. Selain itu, daur ulang sampah akan digencarkan sehingga volume sampah yang berakhir di TPA bisa berkurang.
“Ada pilah pilih sampah kemudian pemanfaatan sampah mungkin jadi eco enzyme atau menjadi paving untuk limbah plastik dan sebagainya. Ini sebagai upaya kami untuk mengurangi sampah yang dibuang di TPA,” jelasnya.
Namun upaya tersebut butuh peran dan kesadaran semua pihak, termasuk masyarakat. Peran masyarakat, termasuk masukan dari DP2K sangat diperlukan untuk membantu pemerintah dalam hal berinovasi. Saran-saran dan nasihat sangat dibutuhkan untuk membantu Kota Semarang semakin baik dalam menangani sampah dengan berbagai aspek.
“Kami matur suwun kepada DP2K melakukan inisiasi FGD penanganan sampah ini, yang tentu ini sebagai upaya preventif untuk mencegah agar TPA tak cepat penuh atau numpuk. Tentu harus ada penanganan-penanganan mulai dari hulu,” jelasnya.
Lebih lanjut, selain menimbulkan bau tak sedap dengan adanya penumpukan di TPA, perilaku pengelolaan sampah yang salah selama ini juga menjadi pemicu terjadinya genangan atau banjir di Kota Semarang. Hal itu karena sampah yang dibuang ke sungai, sangat mengganggu kinerja pompa pengendali banjir. Atau setidaknya menyebabkan sumbatan dan pendangkalan di aliran sungai.
Ia berkomitmen bakal gencar melakukan sosialisasi dan upaya-upaya lainnya terkait permasalahan sampah.
“Sampah ini tidak hanya menjadi problem polusi atau tempat kotor saja, tetapi menjadi penyebab genangan atau banjir. Sehingga dengan adanya FGD bisa dicari solusi untuk penanganan sampah. Selaian menunggu realisasi Pembangunan Sampah Energi Listrik (PSEL) melalui sistem kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), karena ini proses panjang tidak bisa itungan bulan tapi tahun, diperlukan juga penanganan hulu dan hilir ini,” paparnya.
“Kan bisa juga sampah ini dimanfaatkan dan memberikan manfaat, seperti untuk jadi paving untuk sampah plastik, kompos, atau eco enzyme. Dengan upaya ini sebenarnya sampah bisa diolah dengan manfaat banyak sekali,” pungkasnya. (Lingkar Network | Beritajateng.id)