PATI, Beritajateng.id – Untuk memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal, Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) menurunkan standar kualitas beras.
Pimpinan Bulog Kantor Cabang Pati, Nur Hardiyansyah, mengatakan bahwa penurunan standar kualitas beras yang diterapkan Bulog dalam penyerapan beras petani yakni berdasarkan tingkat kerusakannya. Pada tahun lalu, tingkat kepatahan beras yang diterapkan Bulog sebesar 20 persen.
“Salah satu yang berubah itu lebih ke kualitas. Jadi kalau dulu broken 20 persen, sekarang 25 persen, sisanya sama semua. Untuk kepatahan berasnya ya. Kalau yang lain kadar air 14, broken 25 itu yang berubah, yang lainnya sama. Diturunkan sedikit cuma tidak terlalu berbeda. Sama-sama medium,” ujarnya saat dikonfirmasi Senin, 3 Februari 2025.
Dengan menurunkan standar kualitas beras, ia mengatakan bahwa Bulog dapat menjangkau penggilingan beras skala kecil. Sehingga, beras yang diserap akan lebih banyak dan mampu mencukupi kebutuhan pangan di Karesidenan Pati usai Pemerintah melarang kebijakan impor beras.
“Cuma untuk mendongkrak, untuk mengakomodir penggilingan kecil yang mungkin belum terlalu bagus ya secara proses, buat memfasilitasi lah di penggilingan yang belum modern sama Gapoktan,” kata dia.
Dari kelima wilayah jangkauan Bulog Kantor Cabang Pati, ia menyebut yang paling banyak menyuplai beras adalah Kabupaten Blora. Kemudian, disusul Kabupaten Pati, Jepara, Rembang, dan Kudus.
“Blora itu 45.078 hektar. Kalau Rembang 25.907, Pati itu 41,446 ribu hektar, Kudus 8.758, Jepara 18.504,” papar dia.
Dia menargetkan, penyerapan beras dari petani di Eks Karesidenan Pati sebanyak 91 ribu ton.
“Target kami untuk tahun ini 91 ribu ton, untuk Pati raya. Mulai Blora, Rembang, Pati, Kudus dan Jepara lima kabupaten,” tandasnya.
Diketahui, penurunan standar tersebut salah satunya karena Bulog tidak lagi mengimpor beras dari luar negeri. Hal itu guna mendukung program swasembada pangan yang diusung Pemerintahan Prabowo-Gibran. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)