GROBOGAN, Beritajateng.id – Untuk memeringati Hari Jadi Grobogan ke-299, tradisi Boyong Grobog terlebih dahulu dilakukan pada Senin, 3 Maret 2025. Tradisi ini menggambarkan perpindahan ibukota Grobogan dari Kelurahan Grobogan ke Kota Purwodadi dengan membawa kotak kayu berisi dokumen dan pusaka.
Rangkaian pelaksanaan tradisi ini bermula dari kirab Boyong Grobog yang dimulai dari Kelurahan Grobogan menuju ke Pendopo Kabupaten Grobogan di Kota Purwodadi.
Selama kirab, Bupati Grobogan Setyo Hadi bersama istri dan Wakil Bupati Sugeng Prasetyo bersama istri menaiki kereta kencana. Kereta kencana pemimpin baru Kabupaten Grobogan itu diikuti jajaran Forkopimda Kabupaten Grobogan.
Sebagai pengawal, Kapolres Grobogan AKBP Ike Yulianto Wicaksono dan Dandim 0717 Grobogan Letkol Kav Barid Budi Susila berada di depan memimpin arak-arakan dengan menggunakan kuda.
Saat tiba di pendopo, rombongan kirab ini disambut Asisten I Setda Kabupaten Grobogan, Kurnia Saniadi. Sebelum memasuki bangunan tersebut, Setyo Hadi dan Sugeng Prasetyo mengambil wudhu terlebih dahulu.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan Grobog yang kemudian ditempatkan di Pendopo Kabupaten Grobogan. Setyo Hadi mengungkap, kegiatan Boyong Grobog ini juga turut dilaksanakan untuk memperingati dan mendoakan bupati yang terdahulu.
“Yang pasti dalam kegiatan Boyong Grobog ini kita turut mendoakan bupati terdahulu. Doa bersama juga dilaksanakan agar Grobogan biar aman, makmur, sentosa, jauh dari bencana dan gemah ripah loh jinawi,” ungkapnya.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Grobogan Anang Armunanto mengatakan bahwa pelaksanaan tradisi ini berbeda dari tahun sebelumnya. Persembahan tari-tarian yang selalu menyemarakkan suasana Boyong Grobog tahun ini ditiadakan.
“Ada beberapa momen yang dipangkas dalam Boyong Grobog ini, biasanya ada tari-tarian itu tidak ada. Kemudian, kirab yang biasanya menggunakan mobil, dilaksanakan dengan berjalan kaki, dan beberapa kereta kencana yang dipergunakan, mereka yang biasanya ikut kirab sudah menunggu di Pendopo,” kata Anang.
Selain itu, tumpengan yang menjadi ciri khas tradisi ini juga ditiadakan lantaran bersamaan dengan puasa Ramadan. (Lingkar Network | Ahmad Abror – Beritajateng.id)