BLORA, Beritajateng.id – Menurunnya angka kelahiran di Kabupaten Blora menjadi salah satu sebab minimnya siswa baru di sejumlah SD Negeri di Blora.
, menyebutkan alasan utama minimnya siswa baru di puluhan SD Negeri dikarenakan empat faktor utama. Dari menurunnya angka kelahiran hingga persaingan dengan SD swasta.
“Penurunan angka kelahiran, khususnya di desa-desa terpencil,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blora, Sunaryo, Minggu, 15 Juni 2025.
Selain itu, ia menilai angka migrasi penduduk Blora ke luar daerah turut menyumbang penurunan angka peserta didik baru.
Persaingan dengan SD swasta, kata dia, juga menjadi penyebab minimnya siswa di SD negeri. Kedekatan lokasi SD negeri dengan swasta berbasis agama menurutnya turut menyumbang penurunan siswa di sejumlah SD negeri.
“Saat ini, beberapa SD negeri juga berjarak jauh dari pemukiman. Itu juga menjadi problem orang tua enggan menyekolahkan anaknya di SD negeri,” kata dia.
Sunaryo menyebut, faktor-faktor itu saling terkait dan berpengaruh terhadap turunnya jumlah pendaftar di beberapa SD negeri, terutama di wilayah pinggiran atau pedesaan.
Ia mengungkap, saat ini terdapat 40 SD negeri yang terancam akan dilakukan regrouping, dikarenakan minim pendaftaran.
“Ada SD negeri yang mengalami kekosongan peserta didik baru. Yaitu SD Patalan 1 Kecamatan Blora dan SD Sumengko 1 Kecamatan Randublatung,” ungkapnya.
Sementara, sambung Sunaryo, di Kabupaten Blora sendiri terdapat kurang lebih 592 sekolah jenjang dasar. Angka itu terdiri dari SD negeri dan swasta.
“Di beberapa wilayah, jarak antar SD cukup berdekatan, bahkan dalam satu desa bisa terdapat lebih dari satu SD negeri. Selain itu, beberapa SD negeri juga berdekatan dengan SD swasta atau sekolah berbasis keagamaan,” terang Sunaryo.
Banyaknya sekolah pada jenjang dasar itu, menurutnya turut mempengaruhi pemetaan sebaran siswa, sehingga beberapa sekolah mengalami penumpukan siswa, sementara lainnya justru kosong.
“Di beberapa tempat, orang tua lebih tertarik ke SD berbasis keagamaan. Karena pertimbangan program, fasilitas, atau kualitas pembelajaran,” sambung dia.
Jurnalis: *Eko Wicaksono
Editor: Utia Lil