SEMARANG, Beritajateng.id – Festival Layang-layang Internasional yang rencananya digelar pada 23-24 Agustus 2025 di Kota Semarang ditunda untuk sementara waktu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, R. Wing Wiyarso Poespojoedho mengatakan, faktor cuaca buruk menjadi alasan utama penundaan festival.
Menurutnya, beberapa pekan terakhir Kota Semarang sering diguyur hujan pada malam hari. Hal ini berisiko mengganggu pelaksanaan kegiatan.
“Festival layang-layang yang direncanakan tanggal 23-24 Agustus 2025 akan di reschedule. Pertimbangannya karena beberapa minggu terakhir ini hujan terus. Kalau dipaksakan, tentu akan mempengaruhi kelancaran festival,” ujarnya.
Selain faktor cuaca, Wing menambahkan ada jadwal festival layang-layang internasional lain yang juga berlangsung di tiga negara sekaligus. Apabila tetap digelar pada Agustus, ia khawatir akan ada banyak peserta mancanegara yang tidak bisa hadir.
Sehingga menurutnya keputusan penundaan ini justru memberi peluang lebih besar agar festival di Semarang bisa dihadiri lengkap oleh delegasi dari 13 negara. Selain peserta mancanegara, komunitas layang-layang dari berbagai daerah di Indonesia juga sudah menyatakan siap hadir.
“Peserta nasional juga luar biasa antusias. Kami harapkan mereka bisa hadir semua di Semarang, baik sebagai peserta maupun wisatawan,” katanya.
Wing menyebut festival ini akan memberi dampak ekonomi bagi Kota Semarang. Hal ini karena para peserta internasional yang hadir tidak datang sendirian, melainkan membawa kru, tim, hingga keluarga.
“Mereka pasti menginap di hotel, menikmati kuliner, dan berwisata di Semarang. Itu artinya ada perputaran ekonomi yang positif untuk masyarakat,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Awann Costa, Albert Dwijaya mengatakan, saat ini panitia penyelenggara masih terus memproses perizinan dan berkoordinasi dengan peserta mancanegara. Dari target 13 negara, ada lima negara yang sudah memastikan akan hadir memeriahkan festival layang-layang Internasional.
“Untuk perizinan sudah kami sesuaikan dengan jadwal baru di bulan Oktober. Saat ini, yang sudah konfirmasi ada lima negara dan kita masih terus mengupayakan agar sesuai target 13 negara,” ujarnya.
Albert optimistis penundaan hingga Oktober justru memberi waktu lebih panjang untuk persiapan, sekaligus meningkatkan dampak positif bagi sektor pariwisata. Pihaknya berkomitmen menjadikan festival ini bukan hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga ajang promosi wisata Kota Semarang.
“Kami berharap industri perhotelan, kuliner, hingga transportasi di Kota Semarang bisa ikut tumbuh. Peserta dari luar negeri pasti ingin menjelajah destinasi lain, tidak hanya di Semarang, tapi mungkin juga ke Yogyakarta atau Solo,” tuturnya.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil