SEMARANG, Beritajateng.id – Pemerintah Kota Semarang mendorong masyarakat untuk mulai beralih ke transoportasi umum sebagai upaya untuk menghindari kemacetan.
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Semarang Kusnandir mengatakan, kemacetan diakibatkan pertumbuhan kendaraan pribadi yang mencapai 10-11 persen per tahun.
Pertumbuhan itu tidak sebanding dengan peningkatan infrastruktur jalan yang hanya bertambah sekitar 0,1–1 persen tiap tahunnya. Ketimpangan ini menyebabkan sejumlah ruas jalan Kota Semarang semakin macet, terutama saat jam-jam sibuk di pagi dan sore hari.
“Macet paling terasa di pagi saat orang berangkat kerja dan sore saat mereka pulang,” jelas Kusnandir usai mengikuti peringatan Hari Perhubungan Nasional 2025 di Balai Kota Semarang, Kamis, 18 September 2025.
Sehingga pihaknya mendorong masyarakat beralih ke transportasi umum, khususnya BRT Trans Semarang. Meski begitu, Kusnandir mengakui layanan ini masih membutuhkan banyak perbaikan.
Saat ini, Trans Semarang memiliki 285 armada, dengan 65 unit diantaranya sudah menggunakan mesin standar emisi Euro 4 untuk menekan polusi udara.
Selain itu, ia mengungkap Pemkot Semarang jjuga sedang mengkaji kemungkinan penggunaan bus listrik sebagai armada baru.
“Kami juga berharap dukungan dari pemerintah pusat untuk menambah armada bus listrik. Selain itu, kami menantikan realisasi proyek jalur khusus BRT dari Kementerian Perhubungan, yang akan dibangun dari Krapyak ke Kedungmundu pada 2026–2027,” imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Semarang, Iswar Amiruddin menegaskan bahwa transportasi massal menjadi solusi utama dalam mengatasi kepadatan lalu lintas.
Ia menyebut posisi geografis Semarang yang berada di tengah Pulau Jawa membuat tantangan transportasi semakin kompleks.
“Transportasi memegang peran vital dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Maka dari itu, layanannya harus dibuat lebih nyaman, aman, dan efisien. Dibutuhkan inovasi serta kerja sama dari berbagai pihak,” tutur Iswar.
Iswar juga menyoroti perlunya evaluasi menyeluruh terhadap layanan Trans Semarang, termasuk pembenahan koridor 1 rute Mangkang–Penggaron, yang sebelumnya direncanakan menggunakan bus listrik dan memperbarui fasilitas halte.
“Kami ingin memberikan layanan terbaik untuk masyarakat melalui BRT. Namun kami juga sadar bahwa sebagian besar armada masih memakai bahan bakar fosil,” katanya.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Tia