BLORA, Beritajateng.id – Dinas Kesehatan Daerah (Dinkesda) Blora menggencarkan program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis atau penyakit kaki gajah di tingkat sekolah dasar (SD).
Dalam program itu, siswa dari 53 SD di Kabupaten Blora akan mendapatkan obat untuk mencegah penularan kaki gajah. Saat ini baru 841 siswa dari 15 SD yang menerima obat dari program tersebut.
“Hingga saat ini semuanya hasilnya negatif. Nantinya kita targetkan dapat menyasar 1885 siswa,” ujar Kepala Dinkesda Blora Edi Widayat.
Ia menjelaskan, saat ini tercatat penderita penyakit kaki gajah di Kabupaten Blora hanya tersisa 12 warga, dari sebelumnya 25 penderita pada tahun 2005.
Menurunya penurunan ini dinilai sebagai hasil dari program POPM Filariasis yang digencarkan setiap tahun.
“Program POPM secara menyeluruh di wilayah-wilayah endemis sejak 2020,” ujarnya.
Pada program pencegahan kaki gajah, kata dia, Dinkesda Blora memberikan obat diethylcarbamazine citrate (DEC) dan albendazole secara gratis kepada masyarakat berisiko tinggi.
“Selain itu, petugas puskesmas juga rutin melakukan penyuluhan di desa-desa,” ujarnya.
Edi menyebut penurunan angka penderita kaki gajah disebabkan oleh penderita yang meninggal dunia, karena para penderita rata-rata merupakan para lansia. Selain itu, penurunan terjadi karena tidak ada penambahan penderita.
“Suspek terakhir ngga ada, penderita lama semuanya, sudah lima tahun sudah zero,” katanya.
Pihaknya bekerja sama dengan kader kesehatan desa dan aparat kelurahan untuk mendata dan memastikan masyarakat meminum obat yang diberikan. Pemeriksaan darah secara acak juga dilakukan untuk memantau efektivitas pengobatan.
“Penurunan ini menunjukkan bahwa intervensi kami berjalan baik, meski kami belum sepenuhnya bebas dari filariasis,” ujarnya.
Meski kasus menurun, ia mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada. Hal ini karena penyakit kaki gajah disebabkan oleh cacing parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama di wilayah tropis dengan sanitasi buruk.
“Mereka yang pernah terinfeksi bisa mengalami gejala bertahun-tahun kemudian. Oleh karena itu, pencegahan tetap harus dilakukan secara konsisten,” ujarnya.
Dinkesda menargetkan Kabupaten Blora bisa mencapai status eliminasi filariasis pada 2025, sesuai target nasional. Evaluasi rutin dan monitoring terus dilakukan bersama Kementerian Kesehatan.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Tia