KUDUS, Beritajateng.id – Setelah 15 tahun tidak digelar, Tradisi Wiwit di Desa Japan, Kecamatan Dawe kembali diselenggarakan. Perayaan ini digelar bersamaan dengan musim panen kopi yang berlangsung sejak Juli hingga September 2025.
Tradisi Wiwit ini diawali kirab gunungan hasil bumi dan kopi di Bukit Guyangan sebagai bentuk syukur dan pelestarian budaya. Setelah itu, para warga menggelar pementasan tari wiwit kopi, hingga simbolis ngrungok atau memetik kopi langsung di kebun.
Bupati Kudus Sam’ani Intakoris yang hadir langsung memetik kopi bersama petani menyatakan apresiasinya terhadap Tradisi Wiwit tersebut.
“Tradisi ini bisa menjadi ikon budaya yang perlu dikembangkan dan terus dilestarikan. Gunung Muria memiliki banyak potensi alam dan pariwisata, sehingga wiwit kopi dapat diselenggarakan rutin setiap tahun. Desa Japan sebagai ‘negeri kopi’ akan terus lestari,” ujarnya, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Sam’ani juga menegaskan perlunya rebranding kopi Muria menjadi “Kopi Kudus” agar dikenal luas.
“Potensi kopi di Japan, Rahtawu, dan Colo sangat melimpah. Rebranding ini penting dan harus didukung promosi ke luar daerah, supaya nama Kopi Kudus semakin dikenal dan berkembang di mata masyarakat,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Desa Wisata Japan, Mutohar menuturkan Tradisi Wiwit bukan sekadar perayaan panen, tetapi wujud syukur sekaligus perekat kebersamaan warga.
“Tradisi ini menjadi simbol nilai budaya yang diwariskan turun-temurun. Kami ingin budaya ini terus hidup,” jelasnya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Mutrikah melihat Tradisi Wiwit ini sebagai potensi wisata yang besar.
“Wiwit kopi dapat menjadi produk budaya unggulan untuk menarik wisatawan.”
Ia juga mendorong pemberdayaan petani kopi dan UMKM di lereng Muria agar semakin kreatif mengeksplorasi kopi Muria hingga memiliki nilai tambah.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil