BLORA, Beritajateng.id – Dinkesda Blora mencatat penderita penyakit kaki gajah atau filariasis di Kabupaten Blora masih menjangkit 12 warga. Namun, jumlah itu turun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Dinkesda Blora, Edi Widayat mengungkap penurunan ini dinilai sebagai hasil dari program Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis yang digencarkan setiap tahun.
Selain itu, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hingga menggunakan kelambu saat tidur turut memengaruhi jumlah penderita kaki gajah yang ditularkan lewat gigitan nyamuk ini.
“Program POPM secara menyeluruh di wilayah-wilayah endemis sejak 2020. Kami membagikan obat diethylcarbamazine citrate (DEC) dan albendazole kepada masyarakat berisiko tinggi secara gratis. Petugas puskesmas juga rutin melakukan penyuluhan di desa-desa,” katanya, Selasa, 5 Agustus 2025.
Edi menjelaskan, pihaknya bekerja sama dengan kader kesehatan desa dan aparat kelurahan untuk mendata dan memastikan masyarakat meminum obat yang diberikan. Pemeriksaan darah secara acak juga dilakukan untuk memantau efektivitas pengobatan terhadap penyakit kaki gajah ini.
“Penurunan ini menunjukkan bahwa intervensi kami berjalan baik, meski kami belum sepenuhnya bebas dari filariasis,” ujarnya.
Meski kasus menurun, Dinkes mengingatkan bahwa masyarakat harus tetap waspada. Hal ini karena penyakit kaki gajah berasal dari cacing parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk, terutama di wilayah tropis dengan sanitasi buruk.
“Mereka yang pernah terinfeksi bisa mengalami gejala bertahun-tahun kemudian. Oleh karena itu, pencegahan tetap harus dilakukan secara konsisten,” ujarnya.
Dinas Kesehatan menargetkan Kabupaten Blora bisa mencapai status eliminasi penyakit kaki gajah pada 2025, sesuai target nasional. Evaluasi rutin dan monitoring terus dilakukan bersama Kementerian Kesehatan.
Jurnalis: Lingkar Network
Editor: Utia Lil
