SEMARANG, Beritajateng.id – Suporter dari klub sepak bola PSIS (Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang) yang tergabung dalam “Suporter Semarang Melawan” melakukan aksi di depan Polda Jawa Tengah, Kamis sore, 26 Desember 2024.
Demo tersebut dipicu saat gabungan suporter tersebut melakukan aksi boikot pertandingan di luar Stadion Jatidiri Semarang ketika PSIS Semarang bertanding melawan Malut United dalam lanjutan Liga 1 pada Minggu, 22 Desember 2024. Usai pertandingan, para oknum kepolisian diketahui melakukan penembakan ke arah suporter.
“Jadi kemarin sebenarnya waktu di Jatidiri kami ada aksi damai seperti orasi, teatrikal yang kami lakukan di depan gerbang, serta bermain bola di depan gerbang. Cuma pada saat itu ketika pertandingan yang ada di dalam selesai, kemudian polisi mulai menembakkan gas air mata dan water canon, sampai peluru karet sehingga beberapa massa aksi ada yang terluka,” ujar salah satu pendemo.
Berdasarkan sumber yang didapatkan dari korban penembakan yakni Putra, penembakan menggunakan peluru karet.
“Kalau dari data yang masuk yang kami kumpulkan ada 6 orang yang melapor sebagai korban tindak represifitas dari kepolisian. Cuma dari pengamatan kami yang ada di lapangan sebenarnya ada lebih dari itu bahkan seratus orang yang terkena dampak dari gas air mata,” ujarnya.
Selain peluru karet, Putra mengatakan bahwa terdapat beberapa orang yang mengalami luka memar di kaki bahkan pingsan dengan mengeluarkan busa karena terlalu banyak menghirup gas air mata.
“Selanjutnya untuk membantu korban kami sudah melakukan galang donasi dari beberapa kelompok suporter di Semarang itu akan mencoba membantu melalui uang kas mereka masing-masing. Tapi ada rencana dari kami untuk kemudian mengirimkan data ini ke beberapa lembaga yang sifatnya memang mengadvokasi korban pelanggaran HAM,” ungkapnya.
Sebagai informasi, aksi boikot tersebut merupakan tuntutan yang ditujukan kepada CEO atau pemilik saham mayoritas PSIS Semarang yaitu Alamsyah Satyanegara Sukawijaya atau Yoyok Sukawi. Ia diminta mundur dari jabatannya karena dinilai tidak mendapatkan prestasi apa-apa selama menangani PSIS kurang lebih 23 tahun. (Lingkar Network | Rizky Syahrul Al-Fath – Beritajateng.id)