PATI, Beritajateng.id – Kecamatan Margoyoso menjadi salah satu dari 21 kecamatan di Kabupaten Pati yang turut andil dalam Festival Wangi Pradesa menyambut Hari Jadi Kabupaten Pati yang ke-701 di Alun-alun Simpang Lima Pati belum lama ini. Kecamatan Margoyoso mengusung tema wayang topeng khas dari Desa Soneyan yang belum lama ini ditetapkan sebagai desa wisata.
Komisi D DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Pati Muntamah turut mengapresiasi penampilan wayang topeng tersebut. Menurutnya, penampilan dari Kecamatan Margoyoso sangat luar biasa untuk memperkenalkan tradisi khas dari Desa Soneyan.
Aksi tersebut juga dinilai menjadi bentuk sosialisasi atau pengenalan wayang topeng kepada masyarakat khususnya di Kabupaten Pati. Terlebih, penampilan yang diperagakan oleh anak-anak sekolah ini dapat mempertahankan budaya lokal yang saat ini perlahan mulai terkikis dengan budaya barat.
“Saya mengapresiasi kalau dari desa itu sendiri ikut melestarikan budaya asli sini. Supaya bisa dikenal masyarakat pati secara luas, desanya sendiri mementaskan, secara tidak langsung kan ada sosialisasi,” ucap Muntamah.
Harapan politis PKB itu selain dari unsur masyarakat, pihak media sebagai perantara dalam penyampaian informasi harus membantu memperkenalkan Wayang Topeng Soneyan di media massa. Dengan begitu, budaya asal Marogoyoso ini mudah dikenal oleh khalayak umum.
Selain itu, masyarakat di seluruh Kabupaten Pati juga turut berpatisipasi dalam melestarikan Wayang Topeng Soneyan dengan cara mementaskannya di berbagai event.
“Harapan kami dari media juga mengekspose itu, biar tersosialisasikan yang lain juga ikut tertarik melestarikan dengan ikut mementaskan,” tuturnya.
Seyogyanya Pemda Pati juga didorong untuk mengedepankan budaya sendiri untuk ditampilkan dalam berbagai acara pemerintah. Terlebih, Wayang Topeng Soneyan sudah mendapatkan penghargaan sebagai warisan budaya tak benda (intangible) dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan sudah mendapat status intangible dari UNESCO.
“Melestarikan budaya asli pati yang itu sudah mendapatkan penghargaan dari Unesco dan Kemendikbudristek, itu seharusnya pati juga yang memang merasa budaya itu asli pati. Saya juga mendorong untuk melakukan hal itu. Lebih memprioritaskan budaya asli Pati,” tutup dewan asal Dukuhseti tersebut. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Beritajateng.id)