REMBANG, Beritajateng.id – Hasil tangkapan para nelayan rajungan di Desa Gegunung Wetan menurun. Diketahui, para nelayan ogah melaut lantaran tangkapan rajungan tidak seperti dulu.
Para nelayan mengungkap bahwa beberapa waktu ini hasil tangkapan tidak sebanding dengan biaya operasional. Mereka diketahui hanya dapat menangkap rajungan dengan total berat 3-10 kg. sedangkan, pada dua tahun sebelumnya, para nelayan dapat membawa rajungan dengan total 50-150 kg.
Salah satu nelayan yang telah berlayar selama 38 tahun, Lastari, mengungkap bahwa musim panen kepiting rajungan adalah saat angin muson barat berhembus. Angin tersebut dikenal sebagai musim baratan yang terjadi pada periode Oktober hingga April.
“Biasanya pada Oktober (bulan kemarin) sudah mulai kerasa panen, tapi ini belum ada hasil yang bagus. Semoga November dan Desember ini ada hasil yang lebih baik,” ujar Lastari, Kamis, 14 November 2024.
Berdasarkan keterangan Lastari, para nelayan malas melaut karena hasil tangkapan dibawah 5 kg dan tidak bisa menunjang biaya operasional.
Dalam sekali melaut, nelayan harus mengeluarkan biaya solar sekitar Rp 250 ribu dan umpan kepiting rajungan sebesar Rp 100 ribu. Biaya tersebut belum termasuk biaya makan para nelayan dalam satu perahu.
“Kalau mereka pulang bawa 3 kg saja sudah tidak menutup biaya operasionalnya. Jadi, ga sedikit juga para nelayan milih libur sambil menunggu musim hujan,” katanya.
Dia bercerita, pada akhir-akhir intensitas hujan di pesisir Kabupaten Rembang terbilang rendah. Hal tersebut, menurut Lastari membuat para nelayan kepiting rajungan tidak bisa mendapatkan jumlah tangkapan yang menjanjikan.
“Iklimnya tidak mendukung. Jadi, hasilnya menurun drastis karena perubahan iklim saat ini, bulan Oktober sama ini awal November saja kondisinya masih panas dan jarang hujan,” tuturnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)