Blora, Beritajateng.id – Musim kemarau yang saat ini masih terus berlanjut, membuat kekeringan hampir seluruh hutan di Kabupaten Blora. Hal tersebut yang membuat sejumlah pihak mengkhawatirkan terjadinya kebakaran hutan.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja, Pujo Catur Susanto, meminta partisipasi dari masyarakat agar ikut mencegah terjadinya kebakaran hutan.
“Hal-hal kecil yang perlu diperhatikan salah satunya membuang puntung rokok, membuat api saat menggembala atau kegiatan apapun yang berpotensi menimbulkan kebakaran harus diwaspadai,” katanya, Senin (2/9).
Pujo mengatakan kebakaran hutan imbasnya bisa cukup meluas jika sudah terjadi. Mulai dari polusi udara hingga potensi mengancam pemukiman.
“Kelalaian menjadi faktor paling membahayakan. Baik kebakaran di pemukiman maupun non pemukiman,” jelasnya.
Dari data yang ada hingga memasuki akhir bulan Agustus 2024 ini, tercatat telah terjadi 51 kasus kebakaran di Kabupaten Blora. Korsleting listrik menjadi faktor dominan dalam musibah ini.
Ia mengatakan dari data yang dihimpun dari awal musim kemarau hingga akhir bulan ini, kasus kebakaran di Blora cukup tinggi.
“Data di dinas kami, hingga saat ini tercatat ada 51 kasus kebakaran,” ujarnya, Senin (19/8).
Pujo merinci kebakaran rumah atau pemukiman ada 23 kasus. Kemudian, kebakaran lahan non permukiman ada 19 kasus. Sementara untuk pasar/gudang tempat usaha atau pabrik ada 9 kasus.
Ia menjelaskan, jika penyebab mayoritas kebakaran di Blora dikarenakan kelalaian dalam penanganan instalasi listrik serta pemadaman dan pembersihan sampah.
“Faktor korsleting listrik paling banyak terjadi. Ini harus menjadi perhatian serius untuk kita semua,” sambungnya.
Menurutnya, musim kemarau tahun ini membuat sejumlah benda dan perabotan rumah tangga lebih mengering sehingga sangat mudah terbakar saat terkena percikan api.
“Saya imbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Blora agar selalu waspada dengan instalasi listrik yang sudah usang, saat bakar sampah dan pembakaran hutan,” pungkasnya. (afi)