PATI, Beritajateng.id – Musim pancaroba di Kabupaten Pati membuat para petani merana. Sebab, musim kemarau yang diprediksi berakhir pada September lalu, ternyata masih berlanjut hingga Oktober 2024. Akibatnya, petani terpaksa merugi karena padi yang ditanam setelah hujan selama 3 hari di bulan September tidak bisa hidup.
Kondisi tersebut cukup disayangkan oleh anggota DPRD Pati, Jaza Khoerul Sofyan. Jaza menilai para petani terlalu terburu-buru memulai Musim Tanam (MT) III. Padahal menurut Jaza, MT III belum dimulai karena intensitas hujan yang rendah. Ia berharap para petani dapat belajar dan memahami anomali cuaca sebelum menggarap sawah.
“Harusnya jangan terburu-buru ya. Dilihat dulu hujannya kan juga belum terlalu sering. Disini (Pati Selatan) kan sawahnya tadah hujan, jadi kalau tidak ada hujan ya tidak bisa ditanami,” paparnya pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Pria yang akrab disapa Saprol itu meminta petani lebih bersabar menunggu musim hujan. Apalagi di wilayahnya yakni dapil IV meliputi Kecamatan Winong, Jakenan, Jaken, dan Pucakwangi merupakan sawah tadah hujan.
Jaza berharap petugas penyuluh pertanian yang ada di setiap kecamatan memberikan sosialisasi dan pemahaman mengenai persoalan cuaca.
Sementara itu, Jayus, salah satu petani mengaku hanya bisa pasrah melihat tanaman padinya tidak bisa tumbuh karena minimnya air. Dirinya bersama petani lain mengaku menanam padi setelah hujan tiga hari berturut-turut pada September lalu.
“Kalau begini ya mau gimana lagi, sudah terlanjur disebar (benih padi). Dibilang rugi ya rugi. Dulu kan setelah hujan tanahnya ada airnya, tapi setelah itu hujan tidak turun lagi,” tukasnya. (Lingkar Network | Arif Febriyanto – Beritajateng.id)