KUDUS, Beritajateng.id – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali meluas di Kabupaten Kudus tidak hanya berdampak pada kesehatan ternak, tetapi juga menekan harga jual ternak seperti sapi dan kerbau di Pasar Hewan Gulang, Kudus. Sejumlah pedagang mengeluhkan penurunan pendapatan akibat lesunya daya beli konsumen.
Suradi, seorang pedagang sapi asal Jati, Kudus, mengungkap bahwa penurunan harga mencapai 60 persen. Bahkan, ia kerap hanya mampu menjual satu ekor, bahkan tidak sama sekali.
“Harga sapi biasanya Rp 20 juta, sekarang hanya Rp 18 juta. Penurunan ini cukup signifikan. Kadang-kadang, sapi yang saya bawa, pulang semua karena tidak laku,” keluhnya, Rabu, 8 Januari 2025.
Suradi berharap pemerintah dapat memberikan bantuan atau insentif untuk meringankan beban pedagang yang terancam gulung tikar.
Keluhan serupa disampaikan oleh Khalimi, pedagang kerbau asal Kecamatan Dawe. Ia mengaku sulit menjual kerbau di tengah kondisi pasar yang sepi.
“Biasanya saya bisa menjual dua hingga tiga ekor dalam satu hari pasar, tapi sekarang satu ekor saja susah. Harga juga turun, yang biasanya Rp 17,5 juta sekarang hanya Rp 16 juta,” ujarnya.
Pedagang kerbau dari Purwodadi yang enggan disebutkan namanya juga merasakan dampak yang sama.
Ia menyebutkan bahwa biasanya ia mampu menjual empat ekor dalam kondisi sepi, tetapi kali ini tidak ada yang terjual sama sekali.
“Hari ini saya bawa 13 ekor dari rumah, tapi sampai sore tidak satu pun yang laku. Peternak sekarang benar-benar terancam,” katanya.
Penurunan harga dan sepinya pembeli disinyalir akibat kekhawatiran masyarakat terhadap penyebaran wabah PMK. (Lingkar Network | Mohammad Fahtur Rohman – Beritajateng.id)