BLORA, Beritajateng.id – Ramah dan bersahaja, itu kesan pertama saat bertemu dengan Siti Rochmah Yuni Astuti atau karib disapa Mak’e Ketut Sanjaya. Anggota DPRD Blora tiga periode ini, yang memiliki hoby menyanyi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada 1986 silam ini, mengawali karirnya sebagai penyanyi sejak masih usia belia.
Tidak menyangka, wanita kelahiran Dukuh Badong, Desa Gedongsari, Kecamatan Banjarejo Blora ini. Dimana putri dari dari ayah yang seorang seniman dan ibu yang berprofesi sebagai penjual nasi pecel, berasal dari keluarga yang jauh dari kata mapan.
“Ibu saya dulu itu penjual nasi pecel. Saya kalau pagi bantu jualan nasi pecel, kalau sore warung kopi dan sayur lontong,” ucapnya, Kamis (27/10).
Baca Juga
Bupati Blora Imbau Media massa Sajikan Informasi yang Berimbang
Berangkat dari kondisi yang kurang beruntung, membuat Ketut Sanjaya menjadi pribadi yang mandiri. Wanita tangguh satu ini, telah menekuni dunia tarik suara sejak SMP.
“Saya nyanyi itu sejak SMP tahun 86. Kita belum berani tampil di organ tunggal, tetapi hanya mengisi acara 17an, sedekah bumi, itu-itu aja,” ungkapnya.
Seiring berjalannya waktu, Ketut Sanjaya yang mendapatkan darah seni dari ayahnya ini mulai mendapat panggilan untuk menyanyi dari panggung ke panggung, baik di kota Blora maupun luar kota.
“Waktu itu sudah jadi penyanyi. Saya itu paling sering diundang ke Rembang, acara sedekah laut di Tasik Agung. Alhamdulillah uang dari saweran bisa untuk bantu-bantu orang tua, disamping untuk biaya sekolah,” bebernya.
Wanita yang tetap mengedepankan pendidikan di sela kesibukannya menyanyi ini mengaku, mendapat berbagai pengalaman menarik saat menyanyi salah satunya di Kabupaten Rembang.
“Kami sudah dianggap seperti saudara dari warga yang sering mengundang kami untuk nyanyi disana. Salah satunya Mbak Yuli,” kenangnya.
Baca Juga
Membanggakan, Siswa SLB Asal Blora Raih Juara Lomba Seni Siswa Nasional
Pengalaman pahit sekaligus ernah mempunyai pengalaman pahit sekaligus lucu juga pernah dialaminya saat masih duduk dibangku SMP.
“Jadi dulu itu, saya kan wong cilik (orang kecil), kalau sekolah suka nunut (numpang) sepeda teman. Niat hati ingin mengambil perhatian dari pemilik sepeda dengan cara membersihkan boncengan pada sepeda yang ditumpanginya. Tapi keesokan harinya boncengannya malah dicopot,” terangnya sambil tertawa.
Pemilik rumah makan Bamboe Sanjaya ini mengaku, bahwa setiap proses dilaluinya dengan ikhlas. Terlebih dalam hal pendidikan yang dianggapnya penting untuk bekal hidup.
“Banyak orang-orang sekarang ketika sudah mendapatkan karir, sekolah dianggap kurang penting. Padahal, dari pendidikan kita bisa menggapai apa yang kita inginkan seperti apa yang saya raih hari ini menjadi seorang anggota DPRD,” tutupnya. (*)