KENDAL, Beritajateng.id – Sering mencetak atlet sepak takraw handal, Ketua DPRD Kabupaten Kendal Muhammad Makmun mendorong agar olahraga sepak takraw menjadi icon daerah. Seperti yang terjadi di SDN 2 Jungsemi, Kecamatan Kangkung yang sering menelurkan atlet sepak takraw handal dan sering melenggang ke kancah Nasional hingga Internasional serta telah menjadi langganan juara.
“Kami akan fasilitas sehingga bisa mendukung prestasi para atlet. Sejak dini sudah dikenalkan dan ini merupakan tradisi yang harus dipertahankan,” ungkapnya yang juga Ketua Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Kabupaten Kendal.
Menurut Makmun, pengenalan olahraga sepak takraw sejak dini harus dipertahankan. Sebab akan menjadi kunci lahirnya atlet yang handal.
Baca Juga
Peringati Haornas di Kendal, 7.000 Peserta Gowes Bareng Bupati Dico
“Semua bidang kalau dipelajari sejak dini akan membuahkan hasil maksimal dan tradisi seperti itu akan kami pertahankan,” terangnya beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan lain, Kepala SDN 2 Jungsemi, Kecamatan Kangkung Sulton mengaku. Sebagai pelatih sepak takraw yang sudah banyak melahirkan juara, dirinya mengajarkan teknik sepak takraw kepada siswanya sejak duduk di kelas 2 SD.
“Dua minggu sekali siswa diajak bermain bola takraw dan menjadi santapan pagi hari,” imbuhnya.
Pihaknya juga menjelaskan, tidak ada teknis khusus untuk pengenalan awal. Yang penting bola tidak jatuh dan bisa diolah sesuai kreasi masing-masing.
Ini merupakan seleksi alam dalam memperoleh atlet yang handal dan berprestasi nantinya. Sulton saat dijumpai Senin (19/09) mengatakan, tradisi sarapan bola takraw dilaksanakan sejak tahun 2006, dimana semua siswa wajib memainkan bola setiap seminggu sekali.
“Sejak kelas 2 siswa sudah diajari bagaimana mengolah bola dengan kaki tanpa instruksi bebas yang penting tidak jatuh,” bebernya.
Sebagai langkah awal gaya bebas, namun jika siswa bisa bertahan lama maka ada kartu untuk bisa melanjutkan ke jenjang pemilihan bakat. Satu persatu akan dididik, akan tetapi semua siswa masih harus melaksanakan sarapan meski tidak bisa ke jenjang kompetisi.
“Sejak kelas 2 siswa sudah diajari bagaimana mengolah bola dengan kaki tanpa instruksi bebas yang penting tidak jatuh,” bebernya.
Sebagai langkah awal gaya bebas, namun jika siswa bisa bertahan lama maka ada kartu untuk bisa melanjutkan ke jenjang pemilihan bakat. Satu persatu akan dididik, akan tetapi semua siswa masih harus melaksanakan sarapan meski tidak bisa ke jenjang kompetisi.
“Di Desa Jungsemi hampir semua warga bisa bermain takraw, hal ini karena kebiasaan sarapan sejak duduk di bangku SDN 2 Jungsemi dan sekolah kami merupakan awal mula atlet terbentuk,” imbuhnya. (Lingkar Media Network | Koran Lingkar)