KAB.SEMARANG, Beritajateng.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang berkomitmen menekan angka kemiskinan. Tahun depan ditarget angka kemiskinan bisa turun mencapai 6,80 persen.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan dan Riset Daerah (Bapperida) Kabupaten Semarang, Muhammad Muslih mengatakan kini Kabupaten Semarang menempati urutan kedua dengan tingkat kemiskinan rendah se-Jawa Tengah.
“Kami, Pemkab Semarang, dalam pengentasan kemiskinan berupaya semaksimal mungkin terus menurunkan angka kemiskinan itu melalui banyak sektor,” katanya, pada Senin, 29 Juli 2024.
Muslih menyampaikan bahwa warga yang dikategorikan di bawah garis kemiskinan ini adalah warga yang memiliki pengeluaran Rp 350 ribu per jiwa selama sebulan.
“Dan misalnya di dalam satu keluarga ada tiga orang yang masing-masingnya harus mengeluarkan Rp 350 ribu selama sebulan, dikalikan tiga berarti di rumah itu pengeluarannya harus sejumlah Rp 1.050.000. Dan jika pengeluarannya kurang dari nilai itu maka warga itu dikatakan miskin ekstrem,” katanya.
Sementara untuk tahun ini, pihaknya menargetkan ada penurunan 0,1 persen angka kemiskinan dari 7,17 persen. Untuk tahun depan, pihaknya menargetkan angka kemiskinan bisa turun lagi sampai di angka 6,80 persen.
Angka itu sudah menjadi target Kabupaten Semarang yang dicanangkan harus terlaksana di tahun 2025. “Sehingga di tahun 2025 nanti angka kemiskinan di wilayah kita ini ada 6,60 sampai 6,80 persen melalui upaya-upaya tadi yang sudah dijalankan di tahun 2024 dan juga kebijakan yang dijalankan, termasuk nanti juga ada evaluasinya,” tegas Muslih.
Dia menjelaskan, berbagai upaya telah disiapkan untuk mengentaskan kemiskinan. Seperti getol melakukan bantuan RTLH, BLT, hingga Bansos. Selain itu, pemberdayaan UMKM juga terus dimaksimalkan.
“Dan yang pasti dari prioritas pembangunan di Kabupaten Semarang ini banyak sekali yang diluncurkan dan di intervensikan kepada masyarakat miskin, dengan tujuan penekanan pengentasan kemiskinan di Kabupaten Semarang sehingga angkanya bisa turun setiap tahunnya,” terangnya.
Diinformasikan oleh Muslih, bahwa penyumbang warga miskin terbanyak di Kabupaten Semarang adalah para lansia, warga sakit, dan warga yang malas mencari kerja.
“Namun, yang paling tinggi penyebab warga mengalami kemiskinan itu berasal dari warga yang bekerja sebagai buruh serabutan sehari-harinya,” tukasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Beritajateng.id)