KAB.SEMARANG, Beritajateng.id – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Semarang memprediksi angka orang dengan HIV/AIDS (Odha) di bulan September-Desember 2024 akan mengalami kenaikan.
Hal itu disampaikan oleh Koordinator Program KPA Kabupaten Semarang Taufik Kurniawan. Ia mengatakan bahwa angka HIV/AIDS di Kabupaten Semarang sejak 2010 terus mengalami fluktuatif.
“Mengalami naik turun, ini banyak sebabnya. Misal di tahun 2010 silam angka HIV/AIDS di Kabupaten Semarang ada 25 orang dan ini terus naik turun. Contoh di tahun 2022 lalu, ada 129 orang dan di tahun 2023 turun jadi 122 orang,” ungkap Taufik, Minggu, 22 Desember 2024.
Sedangkan sepanjang Januari hingga Agustus 2024, kata Taufik, angka HIV/AIDS di Kabupaten Semarang mencapai 79 orang. Ia mengungkap, pengidap didominasi dari kelompok masyarakat Wanita Pekerja Seksual (WPS).
Sedangkan, kelompok masyarakat yang paling rentan terkena adalah karyawan swasta, WPS, dan sesama penyuka laki-laki (gay).
Kemudian disusul oleh waria, wiraswasta, pengguna narkoba jenis suntik (penasun), ibu hamil, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP), orang dengan pasangan positif HIV/AIDS, PNS, Ibu Rumah Tangga (IRT), buruh, sopir, dan jenis kelompok masyarakat lainnya.
“Untuk pasangan gay ini, atau laki-laki yang suka dengan sesama jenisnya laki-laki di Kabupaten Semarang memiliki andil cukup besar untuk jumlah angka orang dengan HIV/AIDS tersebut. Sumbangsihnya sampai dengan 20 persen,” ungkap Taufik.
Lebih lanjut, Taufik mengatakan bahwa hal itu terjadi sejak tahun 2023 sampai saat ini.
“Ini artinya, untuk jumlah orang dengan HIV/AIDS dari bulan September hingga Desember 2024 ini kemungkinan besar diprediksi meningkat, meski angkanya masih dalam proses perekapan kami,” imbuh dia.
Untuk penanggulangan angka HIV/AIDS, Taufik mengatakan bahwa KPA terus melakukan sosialisasi dan pendataan rutin ke masyarakat.
Selain itu, pihaknya melakukan penjangkauan populasi kunci bersama LSM dengan cara promosi screening HIV menggunakan Oral Fluid Test (OFT).
“Ini juga dengan cara melakukan pencegahan menggunakan profilaksis pra-pajanan (PrEP) yaitu obat yang dapat membantu mencegah penularan HIV melalui hubungan seks atau penggunaan narkoba suntik. Dan di masyarakat yang umum kami gencar lakukan adalah sosialisasi dan test HIV/AIDS terutama pada ibu hamil juga calon pengantin,” bebernya.
Ia juga mengungkap bahwa diskriminasi terhadap Odha di Kabupaten Semarang masih dalam batas aman.
“Artinya tidak mencolok atau bisa dibilang hampir tidak muncul temuan kejadian adanya stigma dan diskriminasi ini. Hanya saja kelompok Odhiv atau orang dengan HIV/AIDS ini yang masih belum nyaman membuka status HIV/AIDS-nya pada orang sekitar juga masih banyak. Saya harap ini bisa berubah, meski banyak tantangan dalam program penanggulangan HIV/AIDS ini,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Beritajateng.id)