GROBOGAN, Beritajateng.id – Permintaan pasar terhadap golden melon atau melon premium di Grobogan terus meningkat, dengan harga jual yang bisa mencapai dua kali lipat dari melon biasa. Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Grobogan, Sunanto, mengungkapkan bahwa melon premium ini memiliki prospek bisnis yang sangat menjanjikan, terutama di tengah tingginya permintaan dari pasar.
“Permintaan pasar terkait golden melon atau melon premium sangat tinggi. Sehingga, harga di pasar melon premium bisa mencapai dua kali lipat dari melon biasa,” ujar Sunanto, Minggu, 11 Agustus 2024.
Dinas Pertanian Grobogan baru-baru ini melakukan uji penanaman golden melon dengan hasil yang memuaskan. Panen perdana dilakukan di Green House Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Gubug. Dalam uji coba tersebut, sekitar 200 tanaman golden melon dibudidayakan menggunakan sistem hidroponik dan hasilnya langsung ludes diborong pembeli.
Sunanto menilai, bisnis budidaya golden melon sangat prospektif karena tidak membutuhkan lahan yang luas. “Kemarin begitu saya panen itu bisa langsung habis diborong pembeli,” katanya.
Pasokan melon premium, terutama untuk supermarket, saat ini sangat tinggi. Golden melon bisa dijual dengan harga Rp 25-30 ribu per kilogram, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan melon biasa yang hanya dihargai Rp 10 ribu per kilogram.
Sunanto juga menjelaskan potensi keuntungan yang bisa diperoleh dari budidaya melon premium. Dengan modal awal sebesar Rp 5 juta, petani bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 10 juta, yang berarti keuntungan bisa mencapai dua kali lipat dari modal.
“Apalagi golden melon tergolong melon premium. Kadar gula dari satu buah golden melon itu di atas 15 brix,” tambahnya.
Dispertan Grobogan saat ini memiliki enam Green House yang menerapkan sistem tanam hidroponik, metode yang dinilai paling tepat untuk budidaya melon. Berbeda dengan penanaman di lahan biasa yang sering kali mengalami masalah akar busuk setelah dua kali tanam, penanaman di Green House menggunakan media tanam netral seperti kokopit (sabut kelapa), yang lebih tahan lama dan efisien.
“Media kokopit tadi bisa disterilkan dan dipergunakan kembali untuk tanaman lain. Sistem drainasenya pun bisa menggunakan berbagai bahan, seperti besi holo, pipa PVC, atau bahkan bambu yang lebih murah,” jelas Sunanto.
Dengan keberhasilan panen perdana ini, Sunanto berharap para petani muda mulai melirik budidaya golden melon dengan sistem hidroponik. Ke depan, Dispertan Grobogan berencana mengembangkan metode ini untuk tanaman lain, seperti tomat ceri dan berbagai sayuran lainnya.
“Misalnya saja budidaya tomat cery, dan sayuran lainnya,” tandasnya. (Lingkar Network | Eko Wicaksono – Beritajateng.id)