PATI, Beritajateng.id – Petani kopi robusta di Pegunungan Muria, Dukuh Segawe, Desa Klakahkasihan, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, memilih panen lebih awal untuk mengejar harga kopi yang melonjak.
Diketahui harga kopi di tingkat petani mencapai Rp 75 ribu per Kg padahal di tahun-tahun sebelum hanya berkisar antara Rp 25 – 28 ribu per Kg. Untuk itu, para petani di Kabupaten Pati memanen buah kopinya lebih awal meskipun masih hijau.
Ketua Kelompok Tani Segawe Lumintu Mberkahi, Joko Prasetyo mengungkapkan bahwa sebelumnya pada tahun 2022, harga kopi paling tinggi hanya Rp 33 ribu.
”Mulai awal tahun 2023, harga kopi di tingkat petani terus merangkak naik hingga menyentuh harga tertinggi mencapai Rp 31 ribu hingga Rp 33 ribu per kilogram. Itu pun untuk harga kopi yang biasa saja, bukan yang paling bagus,” ujarnya, pada Senin, 5 Juli 2024.
Kemudian, di awal 2024 harga kopi di Kabupaten Pati menyentuh angka Rp 50 ribu per Kg. Harga tersebut terus melonjak hingga pertengahan 2024 ini tembus Rp 75 ribu per Kg.
”Bulan Januari dan Februari kemarin, harga kopi awalnya Rp 50 ribu per kilogram. Terus merangkak naik, naik terus sampai puncaknya kemarin tembus kisaran harga Rp 73 ribu sampai Rp 75 ribu per kilogram,” ucap Joko.
Joko menyebu tingginya harga kopi saat ini membuat petani terpaksa memanen lebih awal. Hal itu dilakukan untuk mengejar tingginya harga jual. Meskipun buah kopi miliknya masih hijau.
”Ini masih hijau buah kopinya kita petik karena untuk mengejar harga yang tinggi saat ini. Takutnya di bulan-bulan tertentu nanti harganya turun,” ungkapnya.
Di sisi lain, panen dini yang dilakuan para petani juga dilakukan untuk mengantisipasi aksi pencurian buah kopi di kebun. Mereka takut buah kopi miliknya dihabiskan pencuri. Sehingga para petani tidak kebagian.
”Kita juga takutnya dipanen duluan sama pencuri. Harga kopi yang tinggi saat ini sangat rawan aksi pencurian kopi di kebun,” ungkapnya.
Mahalnya harga kopi jenis robusta di Pegunungan Muria Pati saat ini dipengaruhi stoknya yang kian menipis lantaran kopi dari petani langsung dijual dan tidak ditimbun. Hal itu diakibatkan cuaca panas yang tinggi yang berdampak juga pada menurunnya produktivitas kopi.
”Untuk kondisi stok kopi saat ini kurang karena kemarin itu kan kemaraunya panjang. Hujan belum ada turun, akibatnya hasil kopi berkurang,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)