PATI, Beritajateng.id – Petani garam di Bumimulyo, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati mengeluhkan kondisi air laut yang mengandung lumpur. Padahal air laut tersebut dijadikan sebagai bahan pembuatan garam.
Jio (50) salah seorang petani garam mengaku setiap musim kemarau air yang diambil dari laut melalui aliran sungai selalu mengandung lumpur. Hal itu disebabkan adanya aktivitas kapal di Sungai Silugonggo.
“Ada kapal, yang efeknya lumpur kapal itu, dikebut terus setiap lewat. Terus larinya ke sini,” ujarnya pada Selasa, 30 Juli 2024.
Selain itu disebabkan bibir pantai di wilayah Pati memang mengandung lumpur dan bukan pasir. Sehingga lumpur yang ada di bibir pantai terbawa ke tambak garam milik petani.
“Kalau sudah tiga kilo dari sini tidak ada lumpur, Lengkong (Sungai). Lautnya kan pasir. Kalau Ngerang, Raci, Ketintang Wetan sama Mujil itu efek lumpur. Cuma di tiga desa yang efek lumpur,” katanya.
Adapun wilayah pertambakan garam yang airnya mengandung lumpur meliputi Desa Bumimulyo, Ketintang Wetan dan Raci.
Jio menyebut permasalahan lumpur yang terkandung dalam air bahan pembuatan garam tak bisa diatasi pemerintah baik daerah maupun provinsi. Menurutnya, hanya Pemerintah Pusat yang bisa mengatasi permasalah tersebut.
“Tidak bisa, sulit itu. Hanya satu solusi sebenarnya, tapi itu tidak mungkin, butuh dana. Kalau tidak dana pusat, tidak mungkin, Ndak bakalan, provinsi tidak mampu,” ucapnya.
Sementara Fungsional Pembina Mutu Hasil Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Pati, Ari Wibowo membenarkan air laut yang menjadi bahan pembuatan garam tercampur lumpur. Menurutnya hal itu terjadi di bulan-bulan tertentu saja.
“Kalau kondisi Pantura, kondisi airnya seperti itu. Tapi kalau saat muncul sedimen itu bulan-bulan apa istilahnya, ketujuh. Tapi ada wayahe, bulan 10 itu sudah mulai jernih, air laut sudah jernih. Air laut naik,” ungkapnya.
Untuk mengatasi permasalah tersebut, pihaknya mengaku sudah berupaya membantu para petani garam dengan memberikan berbagai bantuan. Salah satunya yakni pompa air.
“Memang upaya mereka, sudah kearifan lokal mereka, karena usahanya disitu ya memang diupayakan untuk dikebur kemudian untuk pompa. Kita juga memberikan bantuan ada pompa ada sembarang dengan, salah satunya memang untuk pengambilan air laut,” tandasnya. (Lingkar Network | Setyo Nugroho – Beritajateng.id)